PADANG, FOKUSSUMBAR.COM – Hujan yang tak kunjung reda selama beberapa hari terakhir seolah menjadi latar alami yang membingkai peringatan Hari Guru Nasional di SDS IT Luqman.
Langit pagi itu berwarna kelabu, daun-daun basah, dan udara lembap khas Kota Padang pada musim penghujan. Namun, cuaca bukan penghalang—ia justru menjadi saksi bagaimana siswa, guru, dan seluruh keluarga besar sekolah tetap menyalakan semangat perayaan dan rasa syukur.
Dari kejauhan, terlihat deretan kecil jas hujan warna-warni bergerak memasuki halaman sekolah. Anak-anak datang dengan mantel biru, kuning, dan merah, membawa tawa yang menguap bersama embun.
Di antara rinai yang turun, mereka seolah menemukan kebahagiaan baru: merayakan guru mereka dengan cara yang sederhana tetapi hangat.
Guru Hebat, Cahaya di Tengah Mendung Kota
Tema perayaan Hari Guru tahun ini, “Guru Hebat, Indonesia Kuat,” terasa semakin relevan ketika dilihat dari dinamika pendidikan di Padang—yang dalam beberapa pekan terakhir menghadapi banjir lokal, cuaca ekstrem, dan situasi lingkungan yang menguji ketahanan sekolah-sekolah.
Namun SDS IT Luqman membuktikan bahwa pendidikan tidak pernah berhenti.
Anak-anak tetap datang. Guru tetap tersenyum. Dan kegiatan berlangsung dengan khidmat, meski alas kaki sebagian siswa masih basah dan ujung mantel meneteskan air hujan.
Ini bukan sekadar perayaan formal tahunan. Bagi SDS IT Luqman, hari ini adalah momen untuk kembali menundukkan kepala sejenak, mengingat bahwa guru bukan hanya penyampai ilmu, tetapi penjaga karakter, penguat adab, dan penuntun jiwa anak-anak yang kelak akan menjadi pelita masyarakat.
Parodi Murid: Cara Jujur Anak Mengungkapkan Sayang
Salah satu momen yang paling ditunggu adalah parodi murid tentang guru mereka. Dengan peralatan sederhana, para siswa menirukan gaya guru mereka mengajar, menasehati, hingga mengabsen.
Ada yang menirukan guru Matematika yang terkenal tegas namun penyayang, lengkap dengan gaya “mengetuk meja” sambil berkata, “Ayo fokus, anak-anak kelas lima!” Ada pula parodi guru Bahasa Arab yang selalu membawa buku tebal, dan cara khasnya mengucapkan “Mumtāz!” ketika murid menjawab dengan benar.
Tawa pecah. Bahkan guru yang diparodikan tak bisa menahan senyum haru. Dalam canda sederhana itu, terlihat bagaimana guru begitu melekat dalam memori anak-anak. Setiap gaya, kebiasaan, bahkan kalimat khas mereka, direkam anak-anak sebagai sesuatu yang berarti.
Bagi sebagian guru, parodi itu seperti kaca kecil yang memantulkan kembali perjalanan mereka: penat, lelah, dan perjuangan yang dibayar lunas oleh ketulusan siswa.
Doa Dari Yayasan Syakarin Padang: Menguatkan Langkah Para Pendidik
Setelah parodi selesai, acara dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh perwakilan Yayasan Syakarin Padang. Suasana mendadak menjadi sangat hening.
Di luar, hujan tetap turun dengan ritme yang lembut, seolah menambah kesakralan majelis.
Doa itu memuat harapan:
Agar para guru diberi kesehatan, kesabaran, dan kejernihan hati. Agar sekolah tetap diberkahi dan menjadi tempat tumbuh generasi Qur’ani yang berakhlak. Agar keadaan lingkungan, cuaca, dan kondisi Padang yang diguyur hujan diberi perlindungan dan keselamatan. Sejenak, semua yang hadir menyadari bahwa profesi guru adalah jalan panjang yang penuh perjuangan. Dan tidak ada kekuatan yang lebih stabil dari doa yang tulus.
Harapan dari Kepala Sekolah: Pendidikan Adalah Cahaya yang Tak Pernah Padam
Kepala SDS IT Luqman, Ustadzah Afrianis dalam sambutan yang meski singkat, namun memuat makna mendalam.
Ia menegaskan bahwa guru bukan hanya pengajar, tetapi pemikul amanah. Di tengah perkembangan zaman yang cepat, guru tetap menjadi penjaga nilai.
Di tengah teknologi yang terus berubah, guru tetap menjadi sumber kasih dan teladan. Dan di tengah hujan deras yang tak kunjung berhenti, guru tetap datang, membuka pintu kelas, dan menerima murid dengan senyum.
Beliau juga menyampaikan harapan:
- Agar SDS IT Luqman menjadi sekolah yang selalu menghidupkan adab, bukan hanya akademik.
- Agar setiap guru merasa dihargai bukan hanya pada 25 November, tetapi setiap hari
- Agar anak-anak tumbuh menjadi generasi yang mencintai Allah, orang tua, ilmu, dan alam di sekitarnya.
- Agar sekolah tetap menjadi rumah yang aman, hangat, dan inspiratif—meski hujan deras sekalipun turun tanpa henti.
Kepala sekolah menutup sambutannya dengan kalimat yang disambut tepuk tangan meriah:
“Hujan boleh membasahi lantai sekolah kita, tapi semangat kalian hari ini membasahi hati para guru.”
Perayaan Kecil, Makna Besar
Kegiatan ditutup dengan pembagian hadiah kecil dari siswa untuk guru—kartu ucapan, origami, tulisan tangan yang sederhana namun tulus: “Terima kasih, Ustazah.” “Terima kasih sudah sabar pada kami.” “Semoga Allah menjaga guru-guruku.”
Di bawah langit yang masih rintik, anak-anak pulang dengan mantel yang basah, tetapi wajah yang bahagia. Guru-guru berdiri di gerbang, melambaikan tangan, memastikan setiap anak pulang dengan selamat.
Di hari hujan itu, SDS IT Luqman kembali membuktikan satu hal: bahwa guru, dalam kondisi apa pun, tetap menjadi cahaya. Dan bahwa anak-anak, dengan ketulusan mereka, selalu mampu menghangatkan dunia.
Hari Guru Nasional bukan hanya tentang seremonial. Ini adalah pengingat bahwa setiap guru, di setiap sudut Padang, sedang membangun masa depan bangsa—setetes demi setetes, seperti hujan yang menumbuhkan kembali kehidupan.
Guru hebat melahirkan generasi kuat. Dan generasi kuat adalah syarat utama bagi Indonesia yang berkelanjutan. []
Dilaporkan : Fikri Alhamdi, Guru Bahasa Arab SDS IT Luqman




