Oleh : Utari Kurnianti*)
Kota Sibolga merupakan salah satu wilayah pesisir di Sumatera Utara yang memiliki karakteristik wilayah geografis yang cukup kompleks. Karena dikelilingi perbukitan dan berbatasan dekat dengan pantai, kota ini rentan terhadap terjadinya bencana hidrometeorologi, salah satunya ialah banjir.
Dalam beberapa tahun terakhir, kejadian banjir di Sibolga sering menjadi sorotan media masa karena dampaknya yang cukup signifikan pada kehidupan masyarakat. Curah hujan yang tinggi, terutamanya dalam waktu singkat, merupakan penyebab utama mengapa Sibolga sering banjir.
Semakin cepat air turun, semakin sedikit yang berhasil terserap masuk ke tanah. Kemudian, air tersebut berpindah ke arah daerah-daerah rendah. Selain itu, topografi Sibolga di sebuah cekungan membuat air lebih cepat turun dari perbukitan ke pemukiman kelurahan.
Kombinasi volume air tinggi dan kapasitas drainase yang rendah menyebabkan genangan tidak dapat dihindari, dan ada 55 orang meninggal dunia, dan 2.272 warga mengungsi. Faktor lain mempengaruhi banjir adalah berkurangnya ruang terbuka hijau serta meningkatkan kawasan terbangun.
Pembangunan rumah, pertokohan, dan infrastruktur kota sering kali tidak diikuti dengan tata kelola lingkungan yang memadai.
Permukaan tanah yang tertutup beton mengurangi kemampuan tanah menyerap air, sehingga limpahan permukaan meninggkat. Selain itu, penyempitan aliran sungai dan buruknya kondisi drainase yang tersumbat sampah juga menjadi persoalan klasik yang turut berkontribusi pada terjadinya banjir.
Dampak banjir bagi masyarakat Sibolga sangat beragam. Dari sisi sosial, banjir mengganggu aktivitas sehari-hari, termasuk kegiatan pendidikan, perdagangan, dan transportasi. Banyak warga yang kesulitan berangkat bekerja atau beraktivitas di luar rumah akibat jalan yang tergenang. Beberapa wilayah bahkan mengalami pemadaman listrik sebagai langkah pengamanan.
Dari sisi ekonomi, banjir menyebabkan kerusakan rumah, perabotan, hingga barang dagangan warga, serta banyaknya genangan air dan pasir-pasir pun masuk kedalam rumah warga, tidak sedikit masyarakat menanggung kerugian finansial akibat kerusakan tersebut, dan adapun rumahnya yang roboh, hancur, dan tidak bisa lagi untuk di tinggali.
Selain itu, banjir juga berpotensi menimbulkan ancaman kesehatan, seperti penyakit kulit, diare, atau infeksi akibat air kotor yang menggenang.
Upaya penanggulangan banjir di Sibolga memerlukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah daerah memiliki peran penting dalam memperbaiki dan memperluas saluran drainase, melakukan normalisasi sungai, serta meningkatkan sistem peringatan dini terkait cuaca ektrem, dan juga para Tentara Nasional membantu memberi sembako di daerah Aek Gadang Kecamatan Hulu Sihapas seperti, beras, indomie, air minireal, serta makan siap saji.
Selain itu, pemerintah perlu mendorong kebijakan pengelolaan tata ruang yang lebih berkelanjutan, seperti menambah ruang terbuka hijau dan membatasi pembangunan di kawasan rawan banjir. Di sisi lain, masyarakat juga harus meningkatkan kesadaran lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga kebersihan saluran air di sekitar tempat tinggal mereka.
Keterlibatan relawan dan organisasi kemanusian dalam memberikan bantuan darurat saat banjir juga sangat membantu meringankan beban para korban, kepala BNPB dan tim gabungan segera meninjau lokasi untuk mengkoordinasikan penanganan darurat dan memastikan keselamatan masyarakat menjadi prioritas, Pemerintah berkomitmen untuk terus memberikan dukungan dari berbagai sektor melalui kolaborasi terpadu dalam fase tanggap darurat hingga pemulihan nanti.
Dengan memahami penyebab, dampak, dan upaya pencegahannya, diharapkan masyarakat dan pemerintah dapat bekerja sama dalam mengurangi risiko bencana di masa mendatang.
Pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan yang baik menjadi kunci utama agar peristiwa banjir tidak terus berulang serta tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi masyarakat Sibolga.
Di samping itu, kita juga perlu mendekatkan diri kepada Allah Swt agar selalu dilindungi dan dijauhkan dari berbagai bencana, karna semua yang terjadi di muka bumi ini adalah kehendak Allah Swt. []
Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang, Prodi Pendidikan Bahasa Arab*)




