Oleh : Fitri Ayuni*)
Pada akhir November 2025, terjadi bencana banjir dan longsor besar di tiga provinsi di Sumatera, yakni Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Korban jiwa tercatat mencapai ratusan orang dan ratusan korban hilang. Kerusakan properti dan infrastruktur sangat luas dan kerugian ditaksir mencapai puluhan hingga ratusan miliar rupiah.
Dalam situasi darurat ini, respons cepat dari pemerintah menjadi sangat penting untuk mengurangi dampak lanjutan korban jiwa, krisis air bersih, kelaparan, dan isolasi wilayah. Banyak yang bilang pemerintah lambat tanganin bencana, namun nyatanya dalam waktu 48 jam pertama Presiden telah mengerahkan TNI, BNPB dan Kemenhan turun ke lapangan untuk memecah tiga cluster operasi.
Respon Cepat Pemerintah
Instruksi Presiden Prabowo langsung memerintahkan seluruh potensi negara dari darat dan udara untuk membantu masyarakat terdampak bencana.
Kemudian memastikan penyaluran bantuan dasar bahan pokok, makanan siap saji, obat-obatan, tenda, dan selimut terutama bagi warga di daerah terpencil atau terisolasi.
Mobilisasi Logistik dan Tenaga Cepat
Sedikitnya 50 helikopter dari TNI, Polri, dan lembaga terkait dikerahkan untuk menjangkau daerah terpencil dan mengirimkan bantuan secara cepat. Pesawat angkut militer (A400 TNI AU) diterbangkan untuk mengirim berbagai kebutuhan masyarakat, menerbangkan empat pesawat baru untuk membawa logistik serta tim medis bahkan dapur MBG yang selalu di kritik netizen justru di sulap menjadi dapur darurat untuk korban bencana.
Penanganan bencana yang terjadi di Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara berjalan cepat di bawah perintah presiden Prabowo. Institusi pun dikerahkan ke wilayah terisolasi dan Kemen PU, TNI dan Polri berhasil menembus jalur utama untuk membantu masyarakat.
Pemerintah juga mengirim 500 teknisi untuk memasang tower darurat hingga mengirim material dengan menggunakan helikopter bersama TNI. Komunikasi sudah pun pulih kembali.
Kunjungan Presiden
Pada tanggal 7 Desember 2025, bapak Prabowo kembali mengunjungi Aceh untuk memastikan keadaan masayarakatnya serta menggelar rapat. Presiden juga memerintahkan agar mempercepat perbaikan infrastruktur yang hancur, salah satunya bendungan yang selama ini menjadi nyawa bagi petani Aceh.
Presiden juga memerintahkan Mentri Kesahatan Budi Gunadi untuk mengerahkan dokter magang agar memperkuat layanan medis bagi korban bencana.
Presiden Prabowo tak hanya sekedar datang tapi untuk memastikan masyarakatnya aman. Selama 24 jam non stop pemerintah kembali membangun dua jembatan bailey tengah yang di pasang di area sungai Teupin Mane, Aceh Bireuen, untuk menghubungkan kota Medang-Banda Aceh.
Pemasangan jembatan itu dilakukan oleh TNI AD, Kementrian Pekerja Umum (PU), dan di bantu oleh masyarakat setempat.
Pemerintah bukan tidak turun ke lapangan melainkan hanya tidak terekspos di media sosial. Sehingga sebagian masyarakat mengira pemerintah tidak sigap tangani bencana. Padahal saat jari sibuk mengkritik bantuan sudah lebih dulu tiba di lokasi bencana. []
Mahasiswa Prodi Ekonomi Syari’ah UIN Imam Bonjol Padang*)




