Oleh : Boy Surya Hamta*)
Tahun 2025 memang bukan tahun yang ramah. Ia datang dengan liku melelahkan, dengan rencana-rencana yang runtuh bahkan sebelum sempat tumbuh.
Banyak rencana yang telah disusun dengan harapan besar, namun satu per satu berjalan di luar kendali. Ada langkah tertahan, doa yang terasa lama dijawab dan usaha yang seolah tak menemukan ujungnya.
Kesulitan datang silih berganti. Kadang dalam bentuk kegagalan, kadang dalam rupa keheningan—saat tak ada tempat mengadu selain hati sendiri.
Tahun ini telah mengajarkan bahwa hidup tidak selalu tentang menang, tidak selalu tentang berhasil sesuai keinginan. Ada saatnya kita hanya diminta untuk bertahan, meski lelah, meski nyaris menyerah.
Namun di tengah semua itu, semangat tidak sepenuhnya padam. Justru dari keterbatasan dan ketidakpastian, tumbuh keyakinan yang lebih dalam: bahwa tidak ada satu pun peristiwa yang luput dari kuasa Allah SWT.
Ketika rencana manusia gagal, di sanalah rencana-Nya bekerja dengan cara yang sering kali tak langsung kita pahami.
2025 mengajarkan arti berserah yang sesungguhnya. Bahwa percaya kepada Allah bukan berarti hidup tanpa ujian, melainkan tetap melangkah meski ujian datang.
Bahwa keyakinan diri bukan lahir dari keberhasilan semata, tetapi dari kesadaran bahwa Allah selalu membersamai setiap proses, sekecil apa pun langkah yang diambil.
Kini, di ambang tahun 2026, harapan itu kembali dititipkan. Bukan lagi dengan tuntutan berlebihan, melainkan dengan hati yang lebih lapang.
Semoga tahun 2026 menjadi waktu di mana rencana-rencana yang telah Allah siapkan dapat dijalani dengan ikhlas, kuat dan penuh syukur. Apa pun bentuknya nanti, hati telah siap menerimanya—karena yakin, pilihan Allah selalu lebih baik daripada rencana manusia.
Dan jika 2025 adalah tahun bertahan, maka 2026 semoga menjadi tahun melangkah… dengan iman sebagai penuntun, dan harapan sebagai cahaya. 🤍
Penulis adalah Jurnalis FokusRiau.Com dan FokusSumbar.Com*)
