Kolom  

Energi Bersih untuk Masa Depan Bumi: Peran Kita Semua

Oleh : Dr. Nofi Yendri Sudiar, M.Si*

SETIAP tanggal 22 April, dunia memperingati Hari Bumi sebagai bentuk kepedulian terhadap planet yang kita huni bersama. Tahun 2025 ini, tema yang diangkat adalah “Our Power, Our Planet”, sebuah seruan yang menekankan bahwa masa depan Bumi bergantung pada kekuatan bersama kita dalam mendorong transisi ke energi bersih.

Bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau industri besar, perubahan menuju masa depan yang berkelanjutan adalah panggilan untuk kita semua—baik sebagai individu, keluarga, maupun bagian dari komunitas.

Di tengah krisis iklim yang kian nyata, energi menjadi salah satu isu paling krusial. Energi fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam masih menjadi sumber utama listrik dan transportasi di berbagai belahan dunia. Sayangnya, penggunaan energi ini menyumbang lebih dari dua pertiga emisi karbon dioksida global, yang mempercepat pemanasan global dan menyebabkan berbagai bencana iklim, mulai dari gelombang panas ekstrem hingga banjir bandang. Di Indonesia sendiri, dampaknya terasa langsung: musim hujan yang tak menentu, peningkatan permukaan air laut, hingga terganggunya produksi pangan.

Energi bersih, atau yang juga dikenal sebagai energi terbarukan, menjadi harapan baru untuk melawan krisis ini. Energi jenis ini dihasilkan dari sumber daya alam yang tidak akan habis—seperti sinar matahari, angin, air, dan panas bumi. Tidak hanya ramah lingkungan karena nyaris tidak menghasilkan emisi karbon, energi bersih juga menjadi solusi jangka panjang yang berkelanjutan dan berpotensi membuka banyak lapangan kerja hijau di masa depan.

Di Indonesia, potensi energi terbarukan sangat besar. Sinar matahari yang melimpah sepanjang tahun, aliran sungai dan laut yang kuat, serta geotermal yang melimpah menjadikan negeri ini ideal untuk menjadi pemimpin energi bersih di Asia Tenggara.

Namun, jalan menuju energi bersih tidaklah mudah. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Infrastruktur energi terbarukan belum tersebar merata, dan biaya awal instalasi—seperti panel surya di rumah—masih relatif tinggi bagi sebagian masyarakat. Selain itu, ketergantungan terhadap energi fosil sudah terlanjur mengakar, baik dalam sistem transportasi, industri, maupun kebiasaan sehari-hari masyarakat. Di sisi lain, kesadaran publik terhadap pentingnya energi bersih juga masih terbatas.

Di sinilah pentingnya peran kita sebagai individu. Perubahan besar tidak selalu datang dari keputusan besar. Sering kali, perubahan dimulai dari hal-hal kecil yang konsisten dilakukan banyak orang. Di rumah, kita bisa mulai dengan mengganti lampu biasa dengan lampu LED hemat energi, mematikan peralatan elektronik saat tidak digunakan, atau memilih peralatan rumah tangga dengan label hemat energi. Bagi yang memiliki kemampuan lebih, memasang panel surya skala kecil di atap rumah bisa menjadi langkah nyata mendukung transisi energi.

Dalam kehidupan sehari-hari, pilihan yang kita ambil juga bisa menjadi bagian dari gerakan energi bersih. Memilih naik transportasi umum, bersepeda, atau jalan kaki bukan hanya mengurangi polusi, tapi juga mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak. Begitu pula dengan memilih produk dari perusahaan yang peduli lingkungan dan mendukung praktik energi bersih—itu semua adalah bentuk dukungan konsumen terhadap perubahan sistem.

Kekuatan kita juga terletak dalam komunitas. Saat satu orang bertindak, dampaknya mungkin kecil. Tapi ketika satu komunitas bergerak bersama, perubahan bisa menjadi signifikan. Kita bisa ikut serta dalam kegiatan edukasi lingkungan, mendukung kebijakan energi bersih yang digagas pemerintah, atau sekadar berbagi informasi di media sosial tentang pentingnya energi ramah lingkungan. Di banyak tempat, gerakan warga yang aktif memperjuangkan pembangunan panel surya untuk sekolah atau masjid telah menjadi inspirasi bagi komunitas lain.

Hari Bumi 2025 menjadi pengingat bahwa masa depan tidak terjadi begitu saja—ia dibentuk oleh keputusan dan tindakan hari ini. Tema “Our Power, Our Planet” menyiratkan bahwa kekuatan ada di tangan kita. Kita memiliki kendali, kita memiliki suara, dan kita memiliki tanggung jawab. Transisi menuju energi bersih bukan hanya soal mengganti sumber listrik, tapi juga soal mengganti cara pandang: dari konsumsi tak terbatas menjadi hidup yang berkelanjutan.

Bumi tidak membutuhkan penyelamat tunggal. Ia butuh jutaan manusia yang peduli, bertindak, dan berani berubah. Energi bersih adalah masa depan, dan masa depan itu dimulai dari sekarang—dimulai dari kita.

*) Koordinator Penanganan Perubahan Iklim SDGs sekaligus Kepala Research Center for Climate Change (RCCC) Universitas Negeri Padang. No. Hp (WA): 0816350332.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *