Forum Minang Maimbau: Saatnya Nagari Bicara, Indonesia Mendengar

Suasana rapat perdana Forum Minang Maimbau di kantor Audy Joinaldy, kawasan Bendungan Hilir, Jakarta, Rabu, 11 Juni 2025. (Foto istimewa/ FokusSumbar.com)

JAKARTA, FOKUSSUMBAR.COM – Forum Minang Maimbau memulai langkah awalnya melalui rapat persiapan, di kantor Audy Joinaldy, kawasan Bendungan Hilir, Jakarta, Rabu, 11 Juni 2025

Pertemuan ini menjadi titik tolak menuju Silaturahmi Musyawarah Akbar Masyarakat Minang Ranah dan Rantau Berbasis Nagari, sebuah agenda strategis untuk menggali potensi dan menjawab persoalan nyata di nagari-nagari Sumatera Barat.

Dipimpin Audy Joinaldy, Wakil Gubernur Sumbar periode 2019–2024, rapat dihadiri sejumlah tokoh penting. Antara lain Prof. Reni Mayerni (Deputi Strategi Lemhanas), Firdaus HB (Ketua OC), Fadli, Hadi Saputra, Hani (EO), serta tim kesekretariatan dan humas KMM Jaya.

Forum ini tidak dirancang sebagai pertemuan seremonial semata, melainkan sebagai ruang musyawarah substantif antara pemangku kepentingan di nagari, kalangan akademisi, organisasi kelembagaan, dan perantau Minang dari berbagai daerah.

Acara puncak direncanakan pada 19–21 Desember 2025 di Auditorium Universitas Andalas (Unand), Padang, bertepatan dengan peringatan Hari Bela Negara. Momentum ini juga menjadi semakin bermakna dengan rencana kehadiran dan pembukaan resmi oleh Presiden Prabowo Subianto.

Sepert diketahui, ayah Prabowo, Prof. Soemitro Djojohadikusumo, merupakan pendiri sekaligus Dekan Pertama Fakultas Ekonomi Unand, sebuah jejak sejarah yang mengikat erat antara kampus ini dan sosok pemimpin nasional tersebut.

Mengusung tagline #SaatnyaNagariBicara, forum ini akan mempertemukan seluruh wali nagari, ketua KAN, dan organisasi perantau dari berbagai wilayah. Salah satu agenda utama adalah Focus Group Discussion (FGD) antar rektor perguruan tinggi di Sumatera Barat yang difasilitasi Lemhanas, serta sesi presentasi dari lima nagari terbaik, yang telah membangun masjid raya, pesantren modern, dan inisiatif potensi ekonomi seperti pertambangan, dan lima nagari yang tengah menghadapi tantangan sosial serius seperti narkoba dan krisis sistem adat mamak-kemenakan.

Peran para perantau juga dirancang aktif melalui siaran langsung dan partisipasi daring. Forum ini menjadi ruang konkret agar kecintaan terhadap kampung halaman tidak berhenti pada nostalgia. Seperti pesan yang disampaikan dalam rapat:

“Sehebat apa pun Anda di rantau, tak berarti jika belum punya jejak di kampung masing-masing.”

Tagar #JejakDiKampung pun menjadi seruan moral yang mengikat: bahwa kontribusi nyata terhadap nagari adalah tolok ukur keberhasilan seorang perantau Minang.

Dalam rapat perdana ini, struktur panitia mulai dibentuk, termasuk penetapan timeline kerja, tim desain visual, serta tiga titik koordinasi utama: kantor Audy di Benhil, kantor Prof. Fasli di Yarsiì Jakarta, dan kantor Prof. Reni di Lemhanas. Forum ini juga menggandeng profesional Minang seperti Feri Arlius, mantan Dekan Fakultas Pangan Unand yang kini menjabat Direktur Sarpras di Kementerian Kebudayaan.

Forum Minang Maimbau menempatkan nagari bukan sekadar sebagai latar budaya, tetapi sebagai pusat narasi pembangunan Sumatera Barat. Ini bukan hanya agenda daerah, melainkan ikhtiar kolektif yang serius untuk memastikan suara nagari didengar, dipahami, dan dijadikan pijakan dalam arah pembangunan bangsa. (*/jiga)

Exit mobile version