Sapu Lidi Hias Parco, Kreativitas Suhartini dari Padang Sago yang Menembus Pasar Digital

Suhartini, pengrajin UMKM sapu lidi hias parco tengah memperlihatkan hasil karyanya. (foto; rikops)

VII KOTO PADANG SAGO, FOKUSSUMBAR.COM – Korong Padang Sago Randah, Nagari Koto Dalam Selatan, Kecamatan VII Koto Padang Sago, menjadi saksi ketekunan seorang perempuan sederhana bernama Suhartini.

Tangannya lincah merangkai lidi, bukan sekadar untuk membuat sapu rumah tangga biasa, melainkan menjadikannya sapu lidi hias Parco yang indah sekaligus bernilai ekonomi.

Di sudut rumahnya, Suhartini tampak asyik menyusun lidi satu per satu. Setiap helai lidi ia rapikan, diikat, lalu dirangkai menjadi sapu yang tak hanya kuat, tetapi juga memiliki nilai seni. Bersama beberapa pengrajin lain, ia mampu menghasilkan 10 hingga 15 sapu lidi hias per hari.

“Alhamdulillah, sehari bisa menghasilkan Rp50 ribu sampai Rp75 ribu. Lumayan untuk membantu perekonomian keluarga,” ujarnya sambil tersenyum.

Dari Lidi Biasa Menjadi Bernilai

Sapu lidi hias Parco yang dibuat Suhartini bukan sembarang produk. Bahan bakunya sudah disediakan oleh RDF Market Indonesia yang dipimpin Rico Putra Sumbari.

RDF Market sekaligus menjadi pembeli hasil kerajinan tersebut. Melalui pola kemitraan ini, para pengrajin tidak perlu repot mencari pasar.

Produk yang sudah jadi langsung dipasarkan oleh RDF Market, baik secara offline maupun online melalui platform marketplace dan shoppe serta media sosial. Dengan harga jual sekitar Rp20 ribu per buah, sapu lidi hias Parco terbilang ramah di kantong, namun tetap memiliki kualitas dan keindahan yang membuatnya diminati konsumen.

Harapan Menembus Pasar Dunia

Bagi Suhartini, mengerjakan kerajinan ini bukan hanya soal uang, tetapi juga bentuk aktualisasi diri. Ia merasa waktu luangnya kini lebih produktif karena tersalurkan dalam kegiatan ekonomi yang bermanfaat.

“Saya senang bisa mengerjakan ini. Harapan saya, sapu lidi hias Parco bisa terjual lebih banyak lagi, bukan hanya di Indonesia, tapi juga sampai ke pasar luar negeri,” ujarnya penuh semangat.

Ketekunan Suhartini menjadi bukti bahwa dari bahan sederhana seperti lidi dapat lahir karya yang bernilai seni sekaligus ekonomi. Di tangannya, sapu lidi tak lagi sekadar alat pembersih, melainkan simbol kreativitas dan harapan baru bagi UMKM lokal untuk menembus pasar global. (*/ricops)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *