Diskusi Buku Kumpulan Puisi Sakti Tiga Bahasa Sastri Bakry di TIM, Karya Penyair Berotak Kiri dan Kanan

Budayawan, Sastrawan dan Pegiat kesenian Sumatera Barat, Sastri Bakry foto bersama seusai peluncuran dan diskusi buku puisi berjudul Sakti yang ditulis tiga bahasa yakni Indonesia, Inggris dan Spanyol di Taman Ismail Marzuki (TIM) PDS HB Jassin Jakarta Pusat. (foto; ist)

JAKARTA, FOKUSSUMBAR.COM – Budayawan, Sastrawan dan Pegiat kesenian Sumatera Barat Sastri Bakry meluncurkan dan diskusi buku puisi tiga bahasa yakni Indonesia, Inggris dan Spanyol di Taman Ismail Marzuki (TIM) PDS HB Jassin Jakarta Pusat.

Diskusi Buku Sastri Bakry bertajuk Sakti menampilkan tiga pembicara utama yakni Profesor Hashim Yacoob dari Malaysia, Maman S Mahayana dan Dr Nurul Jannah dari Indonesia.

Acara Diskusi Buku Sastri Bakry juga menampilkan sejumlah penyair kenamaan yang membacakan puisi karya Sastri Bakry dan puisi karya mereka sendiri, termasuk membacakan puisi dalam bahasa Inggris dari karya Sastri Bakry.

Diskusi buku mantan pejabat eselon II Kementerian Dalam Negeri ini dimoderatori Dikdik Sadikin, mantan Direktur Pengawasan SDM dan kebudayaan BPKP RI, penulis dan juga akuntan.

Dia sempat menyebut Sastri Bakry sebagai orang yang bisa menggunakan otak kiri dan otak kanannya secara bersamaan. Sebab jarang ditemukan ada pejabat pemerintah, akuntan lagi, bisa menggunakan otak kanannya untuk menulis puisi.

Pembicara Buku Sakti Sastri Bakry, Maman S Mahayana juga melihat kekuatan otak kanan dan otak kiri Sastri Bakry dalam karya puisi Saktinya. Puisi Sastri memberikan warna dan dimensi tidak umum dari sebuah karya puisi pada umumnya.

Puisi Sastrawan asal Pariaman, Sumatera Barat ini, dalam pandangan Maman memberikan aksentuasi terhadap evaluasi dan respon atas kebijakan dan perubahan sikap personal seseorang yang kebetulan sudah 10 tahun berkuasa.

Gaya berpuisi Sastri juga seperti sebuah catatan dan rekaman atas sesuatu objek atau peristiwa yang ditulis dengan gaya bahasa sastra namun dengan cara pandang seorang akuntan, rigid dan dalam. Menyelami karya karya puisi si Uni, sama seperti membaca laporan, termasuk laporan perjalanan.

“Bahkan puisi Uni Sastri memenuhi persyaratan lain dari fungsi sebuah puisi : ramalan. Dimana si Uni bisa membuat estimasi atas sesuatu. Yang biasanya akan terjadi, termasuk kematian,” papar Maman.

Secara keseluruhan Maman melihat karya Puisi Sastri Bakry adalah hasil observasi dan imaginasi seorang Sastrawan dari pelbagai permasalahan sosial di lingkungan terdekat dan lingkungan global.

Keberhasilan Sastri Bakry menampilkan karyanya dalam tiga bahasa menunjukan keberhasilan Sastri mengekspor kebudayaan Indonesia ke luar negeri.

Buku Sakti Sastri juga mendapat tanggapan positif dari Budayawan Malaysia Profesor Hashim Yacoob dari Malaysia, Maman S Hamayana dan Dr Nurul Jannah yang sehari hari adalah dosen IPB bidang Lingkungan Hidup (LH).

Keduanya menyebut Buku Puisi Saktinya Sastri Bakry sebagai karya yang kuat secara bahasa dan pesan yang ingin disampaikan. Setiap kata dalam puisi Sastri selalu meninggalkan pesan penting bagi pembacanya.

Pembacaan Puisi Karya Sastri Bakriy

Acara peluncuran dan bedah buku Uni Sas – demikian perempuan cantik ini dipanggil-, pada Rabu (10/9/2025), dibuka secara resmi oleh Ketua PDS HB Jassin, Dicky Lukman Hakim, diawali dengan laporan Ketua Panitia Diskusi Buku Pipiet Senja, Novelis dan Motivator menulis.

Pembacaan Kumpulan Puisi Trilingual Karya Sastri Bakry dilakukan secara berurutan oleh sejumlah penyair kenamaan seperti Jose Rizal Manua, Fanniy J Poyk (anak Budayawan Gerson Poyk), Swary Utami Dewi, Nuyang Jaimee, Aniek Juliarni, termasuk Pipiet Senja.

Selain penyair kenamaan di atas sejumlah undangan diskusi buku juga ikut membacakan Puisi Sastri Bakry, termasuklah Awaluddin Awe yang semasa remaja pernah terpilih sebagai Penyair Sekolahan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sumbar.

Ia hadir bersama Yusrika Oktavianis atau sering dipanggil dengan Tovia, putri penari kenamaan Istana Negara, Neng Sulastri. Hadir juga penyair, sastrawan, akademisi, ketua- ketua Organisasi Minang di rantau, komunitas Sastra serta mantan wartawan Antara di London, Zenita Gibon.

Acara ditutup dengan pemberian penghargaan oleh Kusdar Yuni, pemenang lomba Menulis Surat untuk Murid yang diselenggarakan SatuPena Sumbar. Penghargaan itu diserahkan kepada pembicara, moderator, kepala Pds HB Jassin dan pembaca puisi hebat yang tampil saat acara.

Dengan dipandu MC Jingga, pemenang Lomba Menulis Surat untuk Guru, acara diskusi buku ditutup dengan foto bersama. (Rika Oktavia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *