Peran Radio di Tengah Arus Digitalisasi

Oleh : Yumi Ariyati*)

Dalam rangka memperingati Hari Radio Nasional yang jatuh setiap 11 September, menyoroti peran radio sebagai medium informasi dan hiburan yang tak lekang oleh zaman, bahkan di tengah gempuran era digital, meski lanskap media terus berubah, radio tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat, terutama karena kemampuannya dalam membangun kedekatan personal.

Radio memiliki kekuatan yang unik. Meskipun teknologi terus berkembang pesat, radio tetap relevan karena esensinya sebagai medium ‘teman’ yang setia. Ia menemani pendengar di perjalanan, saat bekerja, atau di rumah.

Radio dari Masa ke Masa

Radio pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada era kolonial Belanda. Siaran radio pertama dilakukan oleh Bataviasche Radio Vereniging (BRV) di Batavia pada tahun 1925.

Sejak saat itu, radio menjadi salah satu alat komunikasi yang paling efektif untuk menyebarkan informasi, terutama di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau.

Sejarah Singkat Radio di Indonesia

  • Era Kolonial: Radio digunakan oleh Belanda untuk menyampaikan propaganda dan hiburan bagi masyarakat Eropa di Hindia Belanda. Namun, semangat nasionalisme juga tumbuh melalui siaran-siaran radio yang dikelola oleh bangsa Indonesia sendiri, seperti Solosche Radio Vereeniging (SRV) yang didirikan oleh Mangkunegara VII.
  • Masa Kemerdekaan: Radio memegang peranan vital dalam menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan. Melalui radio, kabar kemerdekaan menyebar ke seluruh penjuru negeri, membangkitkan semangat juang dan persatuan bangsa.
  • Orde Lama & Orde Baru: Radio menjadi media utama yang dikendalikan oleh negara, khususnya Radio Republik Indonesia (RRI), untuk menyebarkan program-program pemerintah. Pada periode ini, stasiun radio swasta mulai bermunculan, meskipun dengan regulasi yang ketat.
  • Era Reformasi: Setelah reformasi, kebebasan pers semakin terbuka. Radio swasta tumbuh pesat dan semakin bervariasi dalam konten, dari musik, berita, hingga talk show, yang mencerminkan keberagaman aspirasi masyarakat.

Radio telah melewati berbagai fase sejarah. Dari alat propaganda hingga menjadi medium yang demokratis, radio selalu mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.

Radio di Era Digital: Tantangan dan Peluang

Era digital membawa perubahan signifikan dalam lanskap media. Kemunculan media sosial, podcast, dan platform streaming membuat radio konvensional harus berinovasi agar tetap relevan. Namun, digitalisasi tidak membuat radio kehilangan pesona, melainkan memberikan peluang baru bagaimana menjankau pendengar lebih jauh.

Dulunya radio hanya bisa dinikmati melalui frekuensi yang ada, dengan kemajuan teknologi melalui media sosial, radio dapat menjangkau pendengar dimana saja berada.

Tantangan dan Peluang Radio di Era Digital

  • Tantangan:
    • Kompetisi Konten: Persaingan konten sangat ketat dengan kehadiran podcast dan platform audio on-demand. Pendengar kini memiliki lebih banyak pilihan untuk mendengarkan konten yang mereka suka, kapan saja dan di mana saja.
    • Perubahan Perilaku Pendengar: Pendengar muda cenderung lebih menyukai konten yang dapat mereka kontrol, seperti mendengarkan playlist atau podcast, dibandingkan mendengarkan siaran radio secara linier.
  • Peluang:
    • Radio Streaming: Banyak stasiun radio kini memiliki siaran streaming yang dapat diakses melalui aplikasi atau website, memungkinkan pendengar dari seluruh dunia untuk mendengarkan siaran. Ini memperluas jangkauan dan audiens radio.
    • Konvergensi Media: Radio dapat berintegrasi dengan platform digital lainnya. Misalnya, program siaran radio dapat direkam dan diunggah sebagai podcast. Interaksi dengan pendengar juga bisa dilakukan melalui media sosial, menciptakan engagement yang lebih kuat.
    • Hyper-lokal: Di era digital, radio lokal memiliki keunggulan untuk fokus pada isu-isu hiper-lokal yang tidak diangkat oleh media nasional atau global. Ini memperkuat peran radio sebagai jembatan komunikasi antara pemerintah daerah dan masyarakat.

Menurut saya, tantangan terbesar bagi radio saat ini adalah bagaimana mereka memanfaatkan teknologi digital untuk memperkuat esensi radio itu sendiri, yaitu kedekatan dan interaksi langsung dengan pendengar. Radio yang baik tidak hanya menyiarkan, tetapi juga mendengarkan pendengarnya. 

Di Sumatera Barat, radio-radio lokal memiliki peran strategis dalam menjaga kearifan lokal dan budaya, serta menjadi sumber informasi terpercaya bagi masyarakat.

Kedekatan Personal dan Masa Depan Radio

Saya percaya bahwa masa depan radio tidak terletak pada persaingan teknologi semata, melainkan pada kemampuannya untuk mempertahankan kedekatan personal yang tidak dimiliki oleh media lain.

Membangun Kedekatan di Era Digital dapat kita lakukan melalui :

Interaksi Langsung: Fitur call-in, interaksi melalui media sosial, dan pesan singkat (SMS/WhatsApp) masih menjadi andalan radio untuk menjalin komunikasi dua arah dengan pendengar, 

Program/Konten Lokal: Konten yang relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat lokal, seperti berita daerah, informasi lalu lintas, atau acara bincang-bincang dengan tokoh lokal, menjadi daya tarik utama,

Kepercayaan: Di tengah banjir informasi di media sosial, radio tetap dipercaya sebagai sumber berita yang kredibel dan terverifikasi. Kehadiran penyiar yang dikenal dan dipercaya masyarakat menjadi nilai tambah. 

Sebagai mantan bagian dari KPID, saya melihat bagaimana radio-radio di Sumatera Barat, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta, berjuang untuk mempertahankan relevansinya. Mereka bukan hanya menyiarkan musik, tetapi juga menjadi corong informasi, pendidikan, dan budaya.

Untuk itu saya mengajak seluruh insan radio dan pendengar untuk terus merayakan Hari Radio dengan semangat inovasi dan dedikasi serta literasi.

Saya berharap radio akan terus menjadi media yang relevan, informatif, dan menghibur bagi masyarakat Indonesia. []

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Ekasakti dan mantan KPID Sumbar 2018-2022*)

Exit mobile version