Integritas Itu Bukan Pilihan, Tapi Harga Diri

Oleh : Dedi Vitra Johor*)

Pernahkah anda berada di persimpangan sulit, di mana satu keputusan bisa membawa keuntungan besar dalam waktu singkat, tetapi hati kecil anda berkata, “Ini tidak benar”? Itulah momen ketika integritas diuji dan itu adalah goadaan yang paling besar.

Di dunia bisnis dan kepemimpinan, integritas sering terdengar sebagai jargon. Semua orang bicara soal pentingnya integritas, tetapi tidak semua orang benar-benar menjadikannya nafas hidup.

Padahal, uang bisa membeli posisi, popularitas bisa mengangkat nama, tetapi hanya integritas yang bisa melahirkan kepercayaan. Dan kepercayaan adalah modal paling mahal dalam bisnis maupun kehidupan.

Mari saya coba uraikan lebih dalam.

Integritas lebih dari sekadar berkata jujur. Ia adalah keselarasan antara pikiran, perkataan, dan tindakan. Orang jujur mungkin bisa berkata benar, tetapi belum tentu konsisten melakukannya. Sementara orang berintegritas, sekalipun tergoda untuk menyimpang, akan tetap berdiri pada nilai yang diyakininya.

Bayangkan seorang pemimpin yang pandai berbicara soal etika, berkata menegakan aturan sidak sana sidak sini bicara anti kopruspi, tetapi diam-diam melakukan praktik manipulasi di belakang layar. Cepat atau lambat, topeng itu akan terbuka. Dan ketika itu terjadi, reputasi runtuh, kepercayaan hancur, harga diri hilang.

Itulah mengapa integritas bukan sekadar moralitas, melainkan pondasi karakter. Bagi seorang pengusaha, integritas adalah “mata uang” yang nilainya tidak pernah anjlok, sekalipun pasar sedang krisis.

Jika anda perhatikan, perusahaan-perusahaan besar yang berumur panjang bukan hanya karena inovasi produk, melainkan karena kepercayaan publik.

Investor tidak akan menaruh modal pada bisnis yang reputasinya kotor. Karyawan tidak akan loyal pada pemimpin yang hanya pandai berkata, tapi tak bisa dipercaya. Pelanggan tidak akan setia pada merek yang mengkhianati janji.

Integritas adalah strategi jangka panjang. Anda bisa menipu orang sekali, mungkin dua kali. Tetapi tidak ada bisnis berkelanjutan yang lahir dari penipu ulung dan pembohng besar. Semua akan terbongkor pada waktunya.

Bagi seorang pemimpin, integritas adalah “brand pribadi”. Anda dikenal bukan karena apa yang anda miliki, tetapi karena bagaimana anda dipercaya.

Pahitnya, integritas bukan diuji saat keadaan tenang, tetapi ketika badai datang. Saat keuangan perusahaan kritis, apakah anda tetap membayar gaji karyawan tepat waktu atau memilih jalan pintas menunda tanpa alasan jelas?

Saat ada tawaran proyek besar dengan syarat “suap kecil”, apakah anda berani berkata tidak meski harus kehilangan peluang? Saat ada kesempatan memanipulasi laporan untuk menyelamatkan wajah perusahaan, apakah anda akan tetap jujur?

Kualitas baja tidak ditentukan ketika ia masih dingin, tetapi saat ia ditempa api. Begitu juga integritas anda.

Coba kita lihat satu case ini cukup unik. Di awal perjalanan Gojek, Nadiem menerima banyak tawaran investor. Namun tidak semua tawaran ia terima. Ada beberapa investor yang siap menanamkan modal besar, tetapi dengan syarat yang bertentangan dengan visi dan etika perusahaan. Nadiem menolak.

Keputusan itu tidak mudah. Modal sangat dibutuhkan, godaan keuntungan instan begitu besar. Namun integritas menjaga arah.

Dan hari ini, kita melihat bagaimana Gojek bukan hanya besar di Indonesia, tetapi juga menjadi simbol inovasi Asia Tenggara. Tapi dibalik kesuksesan itu, Nadim dulu kini berbeda. Hari ini kasus chrome book menghantam integritasnya.

Seketika kepercayaan menjadi hilang, nama baik dipertaruhkan. Orang yang dulu dianggap dekat menghilang satu persatu.

Mari kita lihat kasus Jiwasraya, salah satu skandal keuangan terbesar di Indonesia. Perusahaan asuransi milik negara ini ambruk karena praktik investasi yang manipulatif dan tidak transparan.

Kerugian? Triliunan rupiah. Tetapi lebih parah lagi adalah hilangnya kepercayaan publik. Ribuan nasabah merasa ditipu, citra BUMN tercoreng, dan nama baik banyak pihak hancur.

Pelajarannya? Sekali integritas dilanggar, harga diri hilang. Dan kehilangan integritas jauh lebih mahal daripada kehilangan uang.

Ada orang berkata, “Kalau tidak fleksibel sedikit, bisnis sulit berkembang.” Benarkah?

Fleksibilitas boleh. Kreativitas perlu. Tapi menjual integritas sama dengan menjual harga diri. Begitu harga diri hilang, apa lagi yang tersisa?

Seorang pengusaha yang kehilangan uang masih bisa bangkit. Tapi pengusaha yang kehilangan integritas? Ia kehilangan dirinya sendiri.

Pertanyaannya: bagaimana agar integritas tidak hanya jadi slogan, tetapi benar-benar hidup dalam diri anda dan organisasi anda? Paling tidak 4 hal ini mampu menjawab.

Pertama, Punya nilai dasar yang jelas. Tuliskan apa nilai hidup dan bisnis anda. Jika integritas ada di urutan pertama, pastikan itu jadi kompas.

Kedua, Konsisten antara ucapan dan tindakan. Jangan pernah mengucapkan janji yang anda tidak bisa tepati. Lebih baik diam daripada berbohong.

Ketiga, Berani berkata “tidak”. Godaan selalu ada, tapi keberanian menolak adalah tanda integritas sejati.

Dan ke empat, Bangun sistem transparansi. Ciptakan budaya organisasi yang sehat, di mana kebenaran dihargai dan kebohongan tidak ditoleransi.

Karyawan akan meniru pemimpinnya. Jika pemimpin punya integritas, tim akan terbentuk dengan karakter yang sama.

Sekarang saya ingin mengajak anda berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri: Apakah saya siap kehilangan uang demi menjaga integritas? Atau saya rela kehilangan integritas demi uang?

Jawaban dari pertanyaan ini menentukan siapa anda sebenarnya.

Karena pada akhirnya, integritas selalu menang dalam jangka panjang. Orang boleh menertawakan anda-bodoh karena menolak keuntungan instan, tetapi kelak mereka akan menghormati anda karena tidak bisa dibeli.

Integritas itu bukan pilihan. Ia adalah harga diri. Ia adalah warisan yang lebih mahal dari kekayaan materi.

Sebagai pengusaha dan motivator, saya percaya: integritas adalah DNA kesuksesan. Tanpa integritas, semua pencapaian hanyalah istana pasir yang akan roboh. Dengan integritas, sekalipun anda memulai dari nol, anda memiliki pondasi kokoh untuk berdiri kembali.

Jadi, jangan pernah menjual harga diri anda. Karena pada akhirnya, dunia tidak mengingat seberapa besar harta anda, tetapi seberapa teguh anda menjaga integritas.

Salam Dahzyat DVJ

Pengusaha | Motivator*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *