Catatan Hendri Parjiga*
SIAPA yang tak kenal Kudus. Kota kecil di Jawa Tengah ini punya pesona yang tak habis dibicarakan. Dikenal dengan sebutan Kota Santri sekaligus Kota Kretek, Kudus memadukan nuansa religius, sejarah, dan semangat ekonomi yang hidup berdampingan dalam harmoni.
Begitu menjejakkan kaki di Alun-alun Kudus, suasana khas kota santri langsung terasa. Lapangan luas di jantung kota itu menjadi ruang terbuka bagi siapa saja: tempat warga berkumpul, anak-anak berlarian, pedagang kaki lima menata dagangan, dan musisi jalanan mengalunkan lagu-lagu religi menjelang senja.
Di kejauhan, menara megah Masjid Menara Sunan Kudus berdiri anggun, simbol kebesaran Islam yang telah mengakar kuat di tanah ini. Suara azan yang menggema dari menara tua itu seolah memanggil setiap hati untuk sejenak menunduk dan merenung. Kudus memang bukan sekadar kota, tapi napas sejarah yang masih berdenyut hingga kini.
Saya tiba di Kudus pada Sabtu, 11 Oktober 2025, sebagai bagian dari tim media KONI Sumbar yang meliput PON Beladiri 2025. Di sela-sela tugas, kesempatan menyusuri kota ini menjadi pengalaman tersendiri. Kudus tak hanya religius, tapi juga modern dan tertata.
Salah satu bukti nyata kemajuan itu tampak di Djarum Arena Kaliputu, venue megah yang menjadi pusat pertandingan. Bangunan modern dengan tiga gedung besar yang saling terkoneksi, menjadikan akses bagi atlet, pelatih, dan wartawan sangat mudah. Di dalamnya, semua serba tertib dan berstandar tinggi.
Untuk masuk ke area arena, setiap orang harus melewati pemeriksaan ketat bak di bandara. Petugas keamanan— pria dan wanita— menjalankan tugasnya dengan ramah, senyum mereka menjadi penyambut pertama yang memberi kesan baik bagi siapa pun yang datang.
Di luar arena, kehidupan Kudus berdenyut riang. Di sepanjang jalan dan sekitar venue, berdiri rapi booth kuliner dan UMKM lokal. Aroma soto kudus yang gurih, lentog tanjung yang lezat, serta jenang kudus yang manis legit mengundang siapa pun untuk singgah. Soal rasa? Wuih, nyami banget.
Dari pedagang kaki lima hingga pelaku usaha kecil, semuanya tampak bergairah melayani ribuan pengunjung dari berbagai daerah. Ekonomi rakyat Kudus hidup dan menggeliat, menjadi bukti bahwa semangat kerja keras dan kemandirian telah menjadi bagian dari DNA masyarakatnya.
Kudus juga menunjukkan wajah kota yang bersih dan tertata. Trotoar rapi, taman terpelihara, dan warga yang ramah menciptakan suasana kota kecil yang nyaman dan bersahabat. Di balik kesederhanaannya, Kudus menyimpan kebanggaan: mampu menjaga warisan sejarah sembari melangkah pasti menuju masa depan.
Kudus mungkin kecil di peta, tapi besar di pesona. Ia menggoda siapa pun yang datang, dengan senyum warganya, aroma kulinernya, dan nilai-nilai religius yang menenangkan.
Sebuah kota kecil, tapi penuh daya hidup. Sebuah tempat yang tak hanya dikunjungi, tapi juga dirindukan. (*)
Penulis adalah Kabid Humas KONI Sumbar/ Pemimpin Redaksi Fokussumbar.com*)



