JAKARTA, FOKUSSUMBAR.COM – Setelah puluhan tahun berkarya di dunia seni, budaya, dan perfilman Indonesia, Pax Alle atau William Nursal Devarco, kembali melahirkan sebuah karya bertajuk “U Minang I Pinang”, yang direalisasikan secara terpadu dalam tiga bentuk produksi: Novel, Lagu, dan Film.
Proyek besar ini merupakan kolaborasi lintas bidang kreatif yang digarap bersama tiga perusahaan berbeda, sebagai bentuk keseriusan dalam menghadirkan karya berkualitas dan inspiratif bagi masyarakat Indonesia dan dunia. Proyek ini juga menjadi penggabungan antara nilai-nilai adat, spiritualitas, cinta, perjuangan, dan seni sinematik modern.
KIPRAH PAX ALLE DI DUNIA KREATIF SEJAK 1993
Nama Pax Alle sudah tidak asing lagi di dunia seni dan budaya tanah air. Mengawali karier sejak 1993 sebagai model, penari, dan musisi, ia menapaki berbagai panggung seni dengan konsistensi yang kuat.
Tahun 1995, Pax Alle menorehkan prestasi saat tampil membawakan naskah teater legenda rakyat “Sampuraga” dari Sumatera Utara — langsung dalam bahasa Inggris — di Taman Budaya, Padang, Sumatera Barat.
Pada 2005, ia mulai menjajaki dunia film nasional, meskipun proyek awal bertajuk Hatta The Movie gagal diproduksi. Namun, langkahnya tidak terhenti.
Tahun 2006 menjadi momentum penting bagi Pax Alle saat terlibat dalam film “Me vs Mom” karya Oddy C Harahap bersama MNC Pictures. Setelah itu, ia turut bermain dalam film “Cinta di Bawah Langit” karya Raymond Moza (Bengkuang Production).
TERLIBAT DI DUNIA FTV & FILM LAYAR LEBAR
Tak hanya layar lebar, Pax Alle juga menjajal dunia FTV dengan tampil dalam karya Unlimited Production seperti: Terseret Ombak Termakan Sumpah dan Datuk Maringgih dan Telur Emas
Ia kemudian kembali hadir di layar lebar lewat film “Pangeran Reborn” produksi Ramoz Picture dan Raymond Moza. Sebuah film lainnya bertajuk “Kawin Silang” juga telah rampung diproduksi dan menunggu jadwal penayangan.
“U MINANG I PINANG”: DARI HATI UNTUK NEGERI
Menjelang penayangan Kawin Silang, Pax Alle resmi diumumkan sebagai aktor utama dalam proyek “U Minang I Pinang”, yang merupakan karya personalnya sendiri. Ia tak hanya tampil sebagai pemeran utama, tetapi juga sebagai konseptor cerita, penulis lagu, dan produser kreatif.
Karya ini menggambarkan kisah cinta, perjuangan hidup, dan konflik batin antara dua karakter utama dari latar budaya berbeda: Minangkabau dan Sunda. Melalui novel, lagu dan film, U Minang I Pinang menawarkan narasi yang menyentuh dan visualisasi yang memikat, dengan latar budaya yang kental serta nilai spiritual yang mendalam.
TIGA BENTUK PRODUKSI, SATU JIWA KEBANGSAAN
Proyek ini menjadi unik karena digarap secara multi-format, yakni Novel: Menyajikan narasi mendalam dan kompleksitas psikologis tokoh. Lagu: Menghadirkan alunan emosional perpaduan seruling Minang dan Sunda, dan Film: Merangkum aksi, drama, budaya, serta adegan menegangkan hingga menyentuh hati.
PENUTUP
Sebagai Penasehat OSI (Organisasi Sineas Indonesia) dan salah satu fungsionaris aktif di PARFI Pusat, Pax Alle tidak hanya berkarya, namun juga membina dan menginspirasi generasi baru sineas Indonesia. Proyek U Minang I Pinang menjadi bukti nyata bahwa karya seni adalah jembatan lintas budaya, dan Pax Alle terus berjalan di garis depan.
“Karya ini adalah bentuk cinta saya kepada bangsa, budaya, dan manusia itu sendiri,” ujar Pax Alle dalam pernyataannya. (rel)