Merindukan Syafaat Rasulullah Muhammad SAW

Oleh : H. Abdel Haq, S.Ag, MA.*)

Rasulullah Muhammad SAW kehadirannya di permukaan bumi ini, sangat dirindukan oleh semua makhluk Allah Swt. Karena keberadaannya, bukan sekedar muncul ke permukaan untuk memperbaiki tatanan masyarakat yang sudah mulai kacau balau.

Tetapi beliau hadir ke tengah umat manusia untuk mengadakan perubahan total di bidang aqidah, keyakinan, membimbing manusia untuk beribadah, mengarahkan pemikiran manusia, menyelamatkan bumi Allah Swt dari kerusakan, membentuk akhlak terpuji dan dirindukan oleh pecintanya untuk memberikan syafaat di hari pembalasan kelak.

Pada bulan Rabiul Awwal  yang merupakan hari kelahiran Baginda Rasulullah Muhammad SAW, dipastikan milyaran umat Islam sedunia bergembira memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. Kalau di Indonesia termasuk agenda rutin tahunan Hari Besar Islam (HBI), yang juga dihargai oleh pemerintah menjadi hari liburan.

Tujuannya agar umat Islam bisa memanfaatkannya bersama keluarga, memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW, dengan melakukan berbagai aktivitas acara keagamaan. Seperti mengadakan MTQ, berbagai lomba antara lain lomba azan, shalat jenazah, qasidah, pidato, baca puisi dan puncaknya diadakan Tabligh Akbar dengan mengundang Ulama Besar, Muballigh Kondang berceramah sekitar seluk beluk kehidupan Rasulullah Muhammad SAW, sekaligus penyerahan hadiah lomba.

Para Muballigh selalu memotivasi para jamaah untuk memperbanyak bacaan salawat kepada Rasulullah Muhammad SAW. Dengan banyak membaca salawat kepada Rasulullah Muhammad SAW, diharapkan beliau akan memberikan syafaat, pertolongan pada hari tiada pertolongan, kecuali pertolongan dan bantuan dari Allah Swt.

Bukankah Allah Swt dan para malaikat-Nya juga bersalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW. “Innallaaha wa malaa-ikatahuu yushalluuna ‘alan nabiyyi, Ya ayyuhalladziina aamanuu shalluu ‘alaihi wa sallimuu tasliimaa”.

 Artinya : “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi, Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya”.

Manfaat Salawat kepada Rasulullah Muhammad SAW

Sehubungan dengan ayat di atas Nabi Muhammad SAW pernah mengungkapkan ada beberapa manfaat bagi mereka yang suka bersalawat kepadaku, antara lain :

1. Siapa yang bersalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW, para Malaikat ikut memohonkan ampunan baginya, seperti sabdanya :

“Man shalla ‘alayya shalaatan lam tazalil malaa-ikatu tushalli ‘alaihi maa shalla ‘alayya falyuqilla ‘abdun min dzaalika awliyuktsir”.

Artinya : “Barang siapa mengucapkan salawat untukku satu kali, maka para malaikat terus menerus memohonkan ampunan buatnya, selama ia masih membaca salawat.  Karena itu, hendaklah seorang hamba membaca salawat baik sedikit maupun banyak”. (H.R Ibnu Majah)

2. Bersama Nabi bagi yang suka bersalawat, seperti sabdanya :

‘An ‘Abdullah ibni Mas’udin anna Rasulullah qaala : “aulan naasi biy yaumal qiyaamati aktsaruhum ‘alayya shalaatan”. (HR. Turmuzi).

Artinya : “Dari Abdullah Ibn Mas’ud bahwa Rasulullah berkata : “orang yang paling berhak bersamaku pada hari kiamat adalah mereka yang paling banyak bersalawat kepadaku”. ( HR. Turmuzi ).

3. Rasulullah Muhammad SAW juga menegaskan, “Siapa yang bersalawat kepadaku satu kali, Allah akan membalas baginya sepuluh kali”.

4. Bersalawat berfungsi sebagai pencuci dosa, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW :

“shalluu, ‘alayya fainnahaa zakaatu lakum  wa salullaaha liyal wasiilata, fainnahaa darajatun fi a’lal jannati, laa yanaaluhaa illaa rajulun, wa arjuu an akuuna anahuwa”.

Artinya : “Bacalah salawat untukku, karena sesungguhnya salawat itu adalah pencuci (dosa) bagi kalian, dan mohonkanlah wasilah kepada Allah untukku, karena sesungguhnya al-wasilah itu, merupakan kedudukan tertinggi di surga dan tidak diberikan kecuali hanya kepada seseorang, dan aku berharap semoga orang itu adalah aku sendiri”.

5. Siapa yang selalu bersalawat pagi dan sore kepada Rasulullah Muhammad SAW, berhak mendapatkan syafaatku, kata Nabi Muhammad SAW. Hal ini dijelaskannya melalui sabdanya :

“Man shalla ‘alayya hiina yushbihu ‘asyran wa hiina yumsiy ‘asyran adraktuhuu syafaa’atiy”.

Artinya : “Barang siapa bersalawat kepadaku ketika pagi sepuluh kali dan di waktu sore sepuluh kali, maka dia berhak mendapatkan syafaatku”. (HR. Thabarani).

Apa benar ada syafaat Rasulullah Muhammad SAW?

Setelah kita menelusuri beberapa buah hadis tentang bersalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW dan perolehan syafaat, pertolongan dari Rasulullah Muhammad SAW di hari pembalasan kelak.

Untuk itu, marilah kita perhatikan pula beberapa firman Allah Swt tentang syafaat, antara lain :

1. Syafaat, pertolongan itu pada dasarnya merupakan hak khusus Allah Swt. Namun demikian atas izin dan ridha Allah Swt bisa saja dilimpahkan-Nya kepada habibullah, kekasih yang diridhai-Nya yaitu Rasulullah Muhammad SAW.

“Qul lillaahisy syafaa’atu jamii’aa, lahuu mulkussamaawaati wal ardhi, tsumma ilaihi turja’uun”.

Artinya : “Katakanlah, “Pertolongan itu hanya milik Allah semuanya. Dia memiliki kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan”. (Q.S 39.44.).

2. Meskipun para malaikat bertaburan di langit, namun mereka tidak akan mampu memberikan pertolongan, syafaat. Kecuali Allah Swt sendiri memberikan izin untuk bersyafaat atau memberikan pertolongan kepada yang dikehendaki dan diridhai-Nya. Hal ini terdapat dalam surah An-Najm ayat 26 :

“Wa kam mim malakin fis samaawaati laa tughniy syafaa’atuhum syai-aa illaa illaa min ba’di ayya’dzanallaahu limay yasyaa-u wa yardha”.

Artinya : “Dan betapa banyak malaikat di langit, syafaat ( pertolongan ) mereka sedikit pun tidak berguna, kecuali apabila Allah telah mengizinkan ( dan hanya ) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Dia ridhai”. (Q.S. 53.26).

3. Allah Swt menegaskan bahwa syafaat, pertolongan itu hanya berlaku bagi orang yang dikehendaki dan diridhai Allah Swt  :

“Yaumaidzil laa tanfa’usy syafaa’atu illaa Man adzina lahur rahmaanu wa radhiya lahuu qaulaa”. (Q.S. 20.109).

Artinya : “Pada hari itu tidak berguna syafaat ( pertolongan ), kecuali dari orang yang telah diberi izin oleh Tuhan Yang Maha Pengasih, dan Dia ridhai perkataannya”.

Dalam surah Al-Baqarah ayat 255, juga diungkapkan Allah Swt :

“Man dzalladziy yasyfa’u ‘indahuu illaa bi idznihii”.

Artinya : “Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya, tanpa izin-Nya”.

4. Berhala-berhala yang mereka sembah tidak akan mampu memberikan syafaat atau pertolongan kepada mereka orang musyrik.

“Wa lam yakul lahum min syurakaa-ihim syufa’aa-u wa kaanuu bisyurakaaihim kaafiriin”.

Artinya : “Dan tidak mungkin ada pemberi syafaat ( pertolongan ) bagi mereka dari berhala-berhala mereka, sedangkan mereka mengingkari berhala-berhala mereka itu”.

Berdasarkan firman Allah Swt yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa Rasulullah Muhammad SAW memang mendapatkan legalitas, fasilitas, dikehendaki dan diridhai Allah Swt untuk memberikan syafaat (pertolongan) kepada umatnya.  

Menurut Ulama ada beberapa macam bentuk syafaat di hari akhirat kelak :

1. Penyelamatan dari petaka di Padang Mahsyar dan mempercepat penghitungan. Syafaat ini khusus bagi Nabi Muhammad SAW, yang disebut dengan syafaa’atul ‘uzhmaa (syafaat agung).

2. Memasukkan orang ke surga tanpa hisab. Ini juga khusus bagi Nabi Muhammad SAW saja.

3. Syafaat bagi orang yang semestinya menempati neraka. Ini dilakukan oleh para nabi dan selain nabi yang dikehendaki oleh Allah Swt.

4. Ditambahnya derajat seseorang di surga.

5. Mengeluarkan orang yang telah masuk neraka, dengan syafaat dari nabi, malaikat dan orang shaleh.

Di antara kelima syafaat di atas yang paling istimewa adalah syafaat Rasulullah Muhammad SAW.

Pantaskah Merindukan Syafaat Rasulullah Muhammad SAW.

Pertanyaan besar bagi kita, pantaskah merindukan syafaat dari Baginda Rasulullah Muhammad SAW? Apakah kita berhak untuk mendapatkan syafaat, pertolongan dari Nabi dan Rasul terakhir?

Inilah yang selalu perlu kita kritisi, apakah hamba yang dha’if, sering lalai, belum maksimal dalam menjalankan rangkaian ibadah mahdhah. Shalat berjamaah belum terlaksana dengan baik, shalat-shalat sunnah belum dikerjakan. Ibadah puasa pun belum sempurna dilakukan, zakat pun sering diabaikan.

Meskipun sudah berhajji, tetapi belum berupaya melestarikan kemabruran ibadah haji. Kadang-kadang lebih mengutamakan ibadah umrah berkali-kali, dari pada memperhatikan kaum fakir miskin, anak yatim, mereka yang terlantar disebabkan krisis ekonomi, tidak dihiraukan.

Tempat ibadah, sarana pendidikan yang memprihatinkan dibiarkan begitu saja. Karena merasa tidak punya rasa tanggung jawab untuk memperbaikinya. Padahal, fasilitas umum apabila diperbaiki, dibersihkan, direhab dan dipercantik akan mengalirkan pahala jariah. Boleh jadi, sudah berilmu, punya gelar dan jabatan segudang.

Tetapi masih sombong, memelihara hasad, dengki, iri hati, berburuk sangka dan  maunya menang sendiri.

Menganggap enteng orang lain, karena merasa lebih dari orang lain. Bahkan, lisannya sering melukai, meskipun ilmu menjulang tinggi.

Sudah saatnyalah kita hijrah, merubah pola pikir, mereformasi diri, menata hati, melakukan perubahan yang signifikan. Mencintai Rasulullah Muhammad SAW bukanlah sekedar memperbanyak salawat saja. Perbanyaklah membaca dan mentadabbur Al-Quran, karena akhlak, budi pekerti Rasulullah Muhammad SAW berdasarkan Al-Quran.

Merindukan syafaat, pertolongan Rasulullah Muhammad SAW berarti menumbuhkan keinginan yang kuat untuk mencontohteladani perilaku, akhlak, budi pekerti, menirukan pelaksanaan ibadahnya, kepemimpinannya, sirahnya, dan seluk beluk kehidupan beliau sepanjang hayat.

Sungguh, sangat menarik dan memikat hati, segala sisi peri kehidupan Rasulullah Muhammad SAW.

Beliau seorang ‘abid, ahli ibadah, pemikir, orator ulung, sesuai perkataan dan perbuatan, pekerja keras yang tiada bandinganya. Sangat peduli kepada umatnya. Bahkan, menjelang saat ajalnya tiba, yang teringat oleh beliau bukanlah isteri dan anak-anaknya.

Tetapi, yang keluar dari mulut manisnya “ummatiy, ummatiy wa ummatiy” sampai tiga kali diulang oleh Rasulullah Muhammad SAW. Bagaimana nanti umatku sepeninggalku, begitulah cintanya Rasulullah Muhammad SAW kepada kita umatnya. Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad.[]

Penulis adalah Jurnalis, Aktivis Dakwah, Pendidikan Sosial, terakhir Kakan Kemenag Dharmasraya. *)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *