Puisi : Gibran Harsingki*
Hari silih berganti terik mentari membakar bumi
Langkah kaki tiada berhenti
Berirama merdu mengucap salam pada pertiwi
Peluh mengalir membasah raga
Isi kepala ramai riuh rendah bersuara
Menyusun lembar demi lembar mimpi mewujudkan angan meraih asa
Warsa demi warsa terlampaui
Jangankan segenggam benih, satu butir pun tiada memiliki
Tangisan langit menjadi saksi betapa asa ini pupus terpenggal realita
Lelah? Menyerah?
Mana mungkin mimpi yang melangit tersungkur
Tiada kemustahilan di tangan Dewata
Bersimpuh dan bersujud akan ridho-Nya
Mimpi ini kulangitkan bersama irama kesucian
Keyakinan ialah kunci
Semesta telah bekerja sebagaimana mestinya
Untuk makhluk renik yang tiada berdaya
Secercah harapan turun beserta ilham
Pintu terbuka cahaya terakhir membias
*Namanya Gibran Harsingki, pria yang kini berusia 20 tahun dan memiliki hobi menuangkan ide-idenya dalam bentuk Tulisan. Sekarang ia merupakan mahasiswa semester 4 di Sumatera Barat. Diluar perkuliahan, ia aktif mengikuti pelombaan Essay, LKTI, Bisnis Plan, Puisi dan cerpen. Buku kumpulan puisi diantaranya Ketika semua terasa mustahil maka doamu yang merealisasikan. Cerpen, Introvet punya cerita dan fokus ke jalan hidupmu sendiri.