Pasar Kangen Jogyakarta, Sajikan Menu Tradisional Menggugah Selera

Pedagang Pasar Kangen Jogyakarta berpakaian menarik dan unik dengan sajian menu makanan tradisionalnya. (foto; istimewa)

JOGYAKARTA, FOKUSSUMBAR.COM-Pemerintah Daerah Istimewa Jogyakarta dinilai amat kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan masa liburan sekolah. Demi menggaet uang masuk dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sejumlah event pun digelar, khususnya Pasar Kangen yang menjual beraneka macam kue tradisional nusantara.

Menariknya, nama menu makanan tradisional yang ditampilkan pelaku usaha ke para pengunjung terasa menggelikan. Masak iya? Lha, bayangin saja, ada nama makanannya Janda Legit, Pejuh, Sate Sundel Bolong dan lainnya. Belum lagi, pedagangnya berpakaian unik dan menarik mata memandanginya.

Ratusan pedagang menikmati jual beli yang ramai dikunjungi masyarakat. Alhasil, pedagang pun sanggup meraup omset jutaan rupiah selama dihelatnya Festival Pasar Kangen yang di gelar di Taman Budaya DIY nan terletak di jantung kota Jogyakarta, kawasan Malioboro.

Jogyakarta sebagai salah satu destinasi wisata yang menjadi tujuan wisatawan Mancanegara dan domestik untuk mengunjunginya, ternyata sangat antusias menggarap pasar keluarga dan menggeser tujuan wisata utama Nusantara yang masih dipegang Bali.

Jika di Bali diserbu bule mancanegara, maka Jogyakarta justru dikunjungi turis domestik yang membuat seluruh hotel, homestay, losmen dan lainnya menjadi full booking alias penuh selama seminggu berturut-turut.

“Saya ketika melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Jogyakarta mesti berpindah pindah hotel sampai dua kali karena tidak bisa stay di hotel yang sama karena pada hari selanjutnya hotel tersebut sudah dipesan wisatawan,” ucap Budi Syahrial, SH, Sekretaris Komisi I DPRD Kota Padang dalam bincang santainya bersama fokussumbar, Ahad pagi.

Namun, sambung Budi, ada hal yang perlu dicatat bersama, bahwa masyarakat kota Jogyakarta sangat ramah dan santun. Mereka antusias memberikan informasi dengan ikhlas pada wisatawan. Bahkan mereka tak sungkan sungkan memberikan petunjuk tanpa dibayar.

Tidak ada yang mengganggu turis atau memaksanya meminta “sesuatu” imbalan. Tukang “palak” pun tidak ditemukan berkeliaran di Jogyakarta sehingga orang menjadi betah memenuhi kawasan Malioboro sampai pukul 02.00 dinihari.

Menariknya lagi, toko-toko berani buka sampai pukul 23.30 wib, dan pengunjung pun ramai masuk keluar toko untuk membeli beragam “buah tangan” (oleh-oleh).

Kita berharap, tentunya Pemko Padang khususnya mau pula menerapkan ide ide kreatif dan inovatif dalam membangun destinasi wisata ramah lingkungan dengan beraneka menu makanan tradisional yang menggugah selera pengunjung untuk membelanjainya.

“Apabila kita mau melakukan perubahan secara bersama sama, tentunya wisatawan bakal makin ramai mengunjungi objek wisata yang bagus dan menarik di kota Padang. Dan, tentunya kunjungan wisatawan ini berdampak menaiknya PAD kota,” ulas Budi Syahrial. (zul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *