Oleh: Dr. Nofi Yendri Sudiar, M.Si*
PERUBAHAN iklim adalah salah satu isu paling mendesak yang dihadapi dunia saat ini. Fenomena ini tidak lagi menjadi sekadar perdebatan ilmiah, melainkan telah menjadi kenyataan yang dirasakan oleh setiap lapisan masyarakat.
Suhu bumi yang terus meningkat, naiknya permukaan air laut, dan cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi adalah beberapa bukti nyata dari dampak perubahan iklim.
Di tengah tantangan global ini, pendidikan menjadi kunci untuk menciptakan solusi jangka panjang. Oleh karena itu, memasukkan materi perubahan iklim ke dalam kurikulum sekolah adalah langkah penting untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.
Di sebuah kelas yang penuh dengan rasa ingin tahu, seorang guru menjelaskan bagaimana aktivitas manusia memengaruhi keseimbangan ekosistem bumi. Ia menggambar sebuah gunung es yang mencair di papan tulis, simbol dari dampak pemanasan global.
Murid-murid, dengan mata yang terpaku pada penjelasan gurunya, mulai menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sehari-hari—seperti membuang sampah sembarangan atau menggunakan listrik secara berlebihan—dapat memiliki konsekuensi yang jauh lebih besar daripada yang pernah mereka bayangkan.
Pendidikan tentang perubahan iklim tidak hanya memberi pengetahuan, tetapi juga membangun kesadaran kritis.
Ketika anak-anak belajar bahwa emisi karbon dari kendaraan bermotor adalah salah satu penyebab utama pemanasan global, mereka mulai mempertanyakan apakah sepeda atau transportasi umum bisa menjadi alternatif yang lebih baik.
Ketika mereka memahami bahwa deforestasi berdampak buruk pada keanekaragaman hayati, mereka mulai menghargai pentingnya pohon dan hutan. Pendidikan semacam ini memberikan ruang bagi siswa untuk merenung, bertanya, dan mencari solusi atas masalah yang mereka pelajari.
Namun, perjalanan untuk memasukkan perubahan iklim dalam kurikulum sekolah tidaklah sederhana. Bagi banyak negara, terutama yang sedang berkembang, pendidikan sering kali berfokus pada mata pelajaran tradisional seperti matematika, sains, dan bahasa. Meski penting, fokus ini terkadang membuat isu-isu global seperti perubahan iklim terabaikan. Padahal, memahami perubahan iklim bukan hanya penting untuk melindungi lingkungan, tetapi juga untuk memastikan keberlanjutan hidup manusia di planet ini.
Di sebuah sekolah kecil di pedesaan, seorang guru mencoba hal yang berbeda. Alih-alih hanya mengandalkan buku teks, ia membawa murid-muridnya ke sebuah ladang yang pernah menjadi sawah subur tetapi kini kering dan tandus karena musim kemarau yang berkepanjangan. Di sana, anak-anak melihat sendiri dampak nyata dari perubahan iklim terhadap kehidupan petani di desa mereka.
Pengalaman ini meninggalkan kesan mendalam. Anak-anak itu tidak hanya belajar tentang konsep teoretis, tetapi juga merasakan urgensi dari masalah yang mereka pelajari.
Di kota-kota besar, teknologi memberikan peluang baru untuk menyampaikan materi perubahan iklim. Dengan bantuan video interaktif dan simulasi komputer, siswa dapat “melihat” bagaimana suhu bumi meningkat seiring waktu atau bagaimana penggundulan hutan memengaruhi ekosistem lokal. Pendekatan ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih menarik, tetapi juga memungkinkan siswa untuk memahami kompleksitas perubahan iklim secara lebih mendalam.
Namun, pendidikan tentang perubahan iklim tidak hanya tentang menyampaikan fakta dan data. Ini juga tentang menanamkan nilai-nilai keberlanjutan dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Ketika siswa diajarkan untuk mematikan lampu saat tidak digunakan, mengurangi penggunaan plastik, atau menanam pohon, mereka belajar bahwa tindakan kecil pun dapat memberikan dampak besar jika dilakukan bersama-sama. Di sinilah pendidikan menjadi alat untuk membangun kebiasaan yang bertahan seumur hidup.
Salah satu tantangan terbesar dalam memasukkan materi perubahan iklim ke dalam kurikulum adalah memastikan bahwa guru memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Pelatihan bagi guru menjadi sangat penting agar mereka tidak hanya mampu mengajarkan konsep-konsep perubahan iklim, tetapi juga dapat menginspirasi siswa untuk mengambil tindakan. Selain itu, diperlukan dukungan dari pemerintah dan komunitas untuk menyediakan sumber daya pembelajaran yang memadai, mulai dari buku hingga alat peraga.
Di balik semua upaya ini, ada harapan besar bahwa generasi muda yang dididik dengan baik tentang perubahan iklim akan menjadi agen perubahan di masa depan. Mereka tidak hanya akan menjadi individu yang sadar lingkungan, tetapi juga pemimpin yang berkomitmen untuk menciptakan kebijakan yang mendukung keberlanjutan.
Bayangkan seorang anak yang hari ini belajar tentang pentingnya mengurangi emisi karbon kelak menjadi ilmuwan yang menemukan teknologi energi terbarukan, atau menjadi politisi yang mendorong kebijakan hijau.
Pendidikan adalah fondasi bagi masa depan. Dengan memasukkan materi perubahan iklim ke dalam kurikulum, sekolah dapat memainkan peran penting dalam menciptakan dunia yang lebih baik. Di tengah tantangan global yang semakin kompleks, langkah ini tidak hanya relevan tetapi juga sangat mendesak. Masa depan bumi ada di tangan generasi muda, dan dengan pendidikan yang tepat, mereka dapat membuat perbedaan yang signifikan.
*) Koordinator Penanganan Perubahan Iklim SDGs sekaligus Kepala Research Center for Climate Change (RCCC) Universitas Negeri Padang. No. Hp (WA): 0816350332