Dakwah  

Umur Bukanlah Pemberian Cuma-cuma dari Allah

Oleh : Ihsan, S.Pd.I, M.Pd*)

KESUKSESAN sesungguhnya yang kita upayakan selama ini bukanlah kesuksesan di dunia semata, namun juga di akhirat. Bahkan, itulah masa depan sesungguhnya.

Kesuksesan manusia benar-benar bisa dilihat ketika sudah berada di akhirat. Sekaya apapun, sepintar apapun, atau sekuasa apapun seseorang di dunia, bila kekal di neraka, apa gunanya?

Kehidupan akhirat adalah kehidupan sebenarnya. Allah Azza wa Jalla berfirman;

وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ ( العنكبوت: 64)

“Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda-gurau dan permainan saja. Sesungguhnya akhirat itulah kehidupan sebenarnya, jika saja mereka mengetahui.” (QS. Al ‘Ankabut: 64)

Dengan demikian, sadariah setiap tarikan dan desahan nafas kita, saat kita menjalani waktu demi waktu, adalah merupakan langkah menuju kubur. Dan waktu yang kita jalani hidup di dunia ini, sebenarnya sangat singkat, karena itu sangat ruginya kita apabila kita menjalaninya dengan sesuatu yang tidak berharga.

Kita sia-sia kan waktu dan kesempatan hidup di dunia ini, dengan melakukan hal-hal yang tidak membawa kemaslahatan dunia akhirat kita.

Tiada suatu nafas yang terlepas dari kita, melainkan di situ pula ada takdir Allah Azza wa Jalla yang berlaku atas diri kita. Karena itu, hendaklah kita selalu menjaga, agar dalam setiap nafas kita, selalu kita upayakan dengan sekuat tenaga, agar kita tetap berada dalam keimanan dan ketaatan pada-Nya, serta jauh dari maksiat dan perbuatan dosa.

Sering kali kita lihat, banyak orang yang membuang-buang waktunya hanya untuk hal-hal yang tidak berguna. Dan kebanyakan dari mereka tidak menyadari bahwa mereka telah menyia-nyiakan waktu yang tidak akan mungkin kembali lagi.

Itulah hakikat perjalanan manusia di dunia ini. Maka sudah semestinya kita mengisi waktu dan sisa umur yang ada dengan berbekal amal kebaikan untuk menghadapi kehidupan yang panjang. Allah Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Hisablah diri kalian sebelum dihisab, perhatikanlah apa yang sudah kalian simpan dari amal shalih untuk hari kebangkitan serta yang akan dipaparkan kepada Rabb kalian.” (Taisir Al-‘Aliyil Qadir, 4/339

Umur bukanlah pemberian cuma-cuma dari Allah Azza wa Jalla. Waktu adalah sesuatu yang terpenting untuk diperhatikan. Jika ia berlalu tak akan mungkin kembali. Setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, setiap pekan, setiap bulan hingga setiap tahun dari waktu kita berlalu, berarti ajal semakin dekat.

Umur merupakan nikmat yang seseorang akan ditanya tentangnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu).”

(HR. At-Tirmidzi dari jalan Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu. Lihat ash-Shahihah, no. 946)

Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma berkata: “Apabila engkau berada di waktu sore janganlah menunggu (menunda beramal) di waktu pagi. Dan jika berada di waktu pagi, janganlah menunda (beramal) di waktu sore. Gunakanlah masa sehatmu untuk masa sakitmu dan kesempatan hidupmu untuk saat kematianmu.” (HR. al-Bukhari no. 6416)

Maka dari itu, selagi kesempatan masih diberikan, jangan menunda-nunda lagi. Akankah seseorang menunda hingga apabila ajal menjemput, betis bertaut dengan betis, sementara lisanpun telah kaku dan tubuh tidak bisa lagi digerakkan? Dan ia pun menyesali umur yang telah dilalui tanpa bekal untuk suatu kehidupan yang panjang?

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menyiapkan bekal amal terbaik perjalanan menuju akhirat untuk meraih ridha-Nya…
Aamiin Ya Rabb.

Wallahua’lam bishawab[]

Penulis adalah Mahasiswa S3 Universitas Muhammadiyah Sumbar*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *