Penghargaan kepada Seseorang bukan karena Uang

Oleh Dr Aqua Dwipayana *)

“SAYA tidak dihargai oleh teman-teman karena tidak punya uang. Kondisi keuangan mereka lebih baik dibandingkan saya,” ucap seorang teman menceritakan yang dialaminya.

Kondisi itu membuat teman tersebut menghindar dari mereka. Merasa lebih baik tidak berinteraksi daripada sakit hati.

Setelah teman itu puas menceritakan yang dialaminya, saya minta izin untuk berkomentar. Menyampaikan pengalaman yang pernah saya alami.

Saya mengawalinya dengan menceritakan pengalaman masa kecil. Saya anak bungsu dari lima bersaudara. Kedua orangtua yang sekarang sudah meninggal, hidupnya sederhana.

Teman-teman saya beragam. Ada yang kondisi ekonominya sama. Banyak juga yang jauh lebih baik dari saya. Sampai sekarang saya mengalami hal serupa.

Meski banyak teman yang kehidupannya jauh lebih baik dari saya, mereka tetap menghargai saya. Tidak ada seorang pun yang meremehkan dan merendahkan saya.

Pengalaman selama puluhan tahun, sejak kecil sampai sekarang, saya merasakan sendiri penghargaan dari orang lain sama sekali tidak ada kaitannya dengan uang, jabatan, dan lainnya yang terkait dengan duniawi.

Meski saya tidak punya uang dan 20 tahun terakhir tidak ada jabatan, tetap dihargai. Penghargaannya sama dengan mereka yang memiliki materi, jabatan, pangkat dan lainnya.

Menghargai Diri Sendiri dan Orang lain
Setelah merasakan itu selama puluhan tahun, saya menyimpulkan bahwa seseorang dihargai orang lain sama sekali tidak ada kaitan dengan materi, jabatan, pangkat, dan lainnya.

Paling utama adalah bisa membawa diri di manapun berada sehingga semua orang yang ditemui merasa nyaman dan senang.

Paling utama agar dihargai orang lain, perlu melakukan dua hal secara konsisten. Pertama menghargai diri sendiri secara profesional dan proporsional. Tidak berlebihan.

Saat ketemu siapa pun bersikaplah sewajarnya, jangan berlebihan agar mereka nyaman. Tidak mendominasi pembicaraan apalagi tujuannya untuk menunjukkan tentang kehebatan dirinya. Lebih baik menjadi penyimak yang baik. Sekali-kali memberi komentar yang menghidupkan pembicaraan.

Dengan bersikap seperti itu orang lain akan menghormati dan menghargai. Mereka respek karena memahami etika dan kesantunan komunikasi dengan melaksanakannya.

Kondisi itu akan lebih menghidupkan suasana dan mengakrabkan semua orang yang terlibat pembicaraan. Kesannya positif sekali.

Kedua, menghormati dan menghargai orang lain. Lakukan ini pada siapa pun tanpa melihat latar belakang seseorang. Sehingga semuanya merasa nyaman.

Dengan melakukan itu secara konsisten, umpan balik atau tanggapan dari orang yang dihormati akan sama. Bahkan lebih dari itu.

Selama ini saya melakukan itu secara universal. Penghargaan kepada semua orang sama. Contohnya di satu institusi, pimpinan tertinggi dan pegawai paling rendah, sama-sama saya hormati. Tidak membeda-bedakan.

Mereka adalah makhluk ciptaan TUHAN. Di mata Sang Pencipta mereka sama. Tidak ada satu pun melebihi yang lain, kecuali terkait dengan keimanan dan ketakwaannya.

Sikap seperti itu membuat nyaman semuanya. Sama-sama merasa dihormati dan dihargai.

Balasan yang saya terima sama bahkan sering melebihi yang saya lakukan. Itu buah dari sikap menghormati dan menghargai dengan tulus ikhlas, yang saya lakukan secara universal kepada semua orang yang berkomunikasi dengan saya.

Kesimpulannya penghargaan kepada seseorang sama sekali tidak terkait materi. Semua ini berdasarkan pengalaman saya selama puluhan tahun.

Setelah menyimak semua yang saya sampaikan, teman itu jadi paham. Berusaha untuk memperbaiki diri dan menata hatinya. Alhamdulillah.

🇮🇩Dalam perjalanan dari Jakarta ke Bogor saya ucapkan selamat melakukan introspeksi diri untuk menjadi lebih baik. Salam hormat buat keluarga. 17.40 20092025😃🇮🇩<<<

Penulis adalah Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional *)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *