Oleh : Bustami Narda*)
Lubuk Ulang Aling terletak di Kecamatan Sangir Barang Hari, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Dia terdiri dari tiga Nagari (Desa kalau di Pulau Jawa), Nagari Lubuk Ulang Aling Selatan, Nagari Lubuk Ulang Aling Tengah dan Nagari Lubuk Ulang Aling Induk atau yang lebih dikenal dengan sebutan Lubuk Ulang Aling saja.
Lubuk Ulang Aling Selatan Ibu Nagarinya di Jorong Sungai Penuh, Lubuk Ulang Aling Tengah Ibu Nagarinya di Jorong Tanah Galo dan Lubuk Ulang Aling Induk Ibu Nagarinya di Kampung Baru.
Dulunya Lubuk Ulang Aling ini hanya terdiri dari satu Nagari. Namun dimekarkan menjadi tiga Nagari seperti sekarang.
Perkampungan penduduk pada seluruh Nagari di Lubuk Ulang Aling ini berada di sepanjang pinggiran hulu Sungai Batang Hari.
Semenjak dahulu sampai sekarang, Lubuk Ulang Aling yang berpenduduk sekitar 8.000 jiwa ini sangat dikenal tanah dan airnya penyimpan kekayaan alam yang sangat banyak dan berharga.
Tanahnya dipenuhi emas, kayu, berupa pohon kayu gelondongan, manau, rotan, getah merah, damar, jenang, karet dan sarang burung walet. Kekayaan alam berupa batu bara, nikel, mangan, timah pun cukup banyak pula di sini, meskipun sampai sekarang belum lagi dikelola. Airnya dipenuhi ikan yang bukan main banyaknya.
Konon sekitar tahun 70-an sampai 80-an silam, mata pencaharian masyarakat di sini rata-rata sebagai nelayan tradisional penangkap ikan dan pendulang emas secara tradisional di sungai. Mencari manau, rotan, getah merah, damar dan jenang di hutan. Di samping itu ada juga yang menjadi penoreh karet di kebun karetnya masing-masing.
Masyarakat di sini dahulunya untuk bepergian kian kemari, termasuk ke pasar, hanya dengan kendaraan sampan menelusuri Sungai Batang Hari. Pasar mereka bukan ke ibu kecamatannya, tetapi ke Ibu Kecamatan Pulau Punjung di Kabupaten Dharmasraya. Pasar Pulau Punjung itulah pasar mereka sehari-hari.
Untuk pergi ke pasar yang ada di Kecamatan Sangir Batang Hari yang adanya hanya di Nagari Abai setiap hari Kamis, dibatasi hutan belantara. Untuk bisa ke Pasar Abai harus menempuh perjalanan kaki melalui jalan setapak sekitar 4-5 jam perjalanan.
Pasarnya pun jauh lebih kecil dibandingkan Pasar Pulau Punjung. Pasar Sitapus sekarang, yang lebih dekat ke Lubuk Ulang Aling dibandingkan Pasar Abai, belum lahir waktu itu. Jadi, Lubuk Ulang Aling ini berada di perbatasan Kabupaten Solok Selatan dengan Kabupaten Dharmasraya.
Alamnya Kaya Tapi Rakyatnya Miskin
Mungkin pembaca akan bertanya, mengapa Lubuk Ulang Aling yang sekaya ini oleh kekayaan alam yang tersimpan di dalamnya, rakyatnya tetap saja miskin?
Jawabannya cukup panjang, dan penulis akan mencoba memaparkannya lebih jauh dalam seri-seri tulisan penulis berikutnya secara bersambung. Bagi pembaca yang peduli melihat nasib rakyat Lubuk Ulang Aling ini, penulis sarankan tetap mengikuti portal FokusSumbar.com ini.
Pada intinya, yang menyebabkan rakyat Lubuk Ulang Aling selalu saja sulit mengangkat derajat kehidupan mereka dari dahulu hingga sekarang adalah karena Pemerintahan yang ada di Kabupaten Solok Selatan khususnya, belum serius mau mengangkat derajat hidup masyarakat di sini.
Salah satu bukti belum seriusnya, sampai saat ini jalur transportasi berupa jalan darat, masih sangat menyedihkan keadaannya di Lubuk Ulang Aling.
Jalan darat yang menghubungkan Jorong Sungai Penuh, Nagari Lubuk Ulang Aling Selatan dengan Nagari Dusun Tangah menuju Nagari Abai, Padang Aro dan terus ke Padang, Ibu Kota Provinsi Sumbar yang panjangnya hanya 4 km, walaupun telah puluhan tahun berstatus jalan tanah namun sampai sekarang belum kunjung juga diaspal.
Semenjak Bupati Solok Selatan Syafrizal, Muzni Zakaria sampai sekarang Khairunas yang sudah memasuki periode kedua pula dia memimpin Solok Selatan, belum juga ada tanda-tanda akan diaspal. Padahal jalan ini urat nadi bagi rakyat Lubuk Ulang Aling pergi ke Pasar Sitapus setiap hari Selasa dan Pasar Abai setiap hari Kamis.
Sebaliknya, pun menjadi urat nadi pula bagi masyarakat yang ada di luar Lubuk Ulang Aling untuk pergi ke Lubuk Ulang Aling mencari penghidupan, seperti mendulang emas, mencari ikan dan yang lainnya.
Yang sangat menyedihkan, dulu telah dirintis jalan dari Nagari Dusun Tangah, melewati Nagari Lubuk Ulang Aling Selatan, Lubuk Ulang Aling Tengah dan Lubuk Ulang Induk menuju Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya Raya, semasa Bupati Muzni Zakaria kalau penulis tidak keliru.
Namun yang sangat memiriskan, menurut informasi yang berhasil penulis kumpulkan, telah pernah ada anggaran pengaspalannya semasa Bupati Khairunas pada kepemimpinannya di periode pertama baru lalu, namun entah apa pertimbangannya, anggaran itu dipindahkan untuk pengaspalajan jalan lainnya di luar Lubuk Ulang Aling.
Hingga kini penyebab dipindahkannya anggaran ini, masih belum diperoleh jawabannya secara terang benderang oleh masyarakat Lubuk Ulang Aling. Apakah karena Pemerintahan Kabupaten Solok Selatan merasa tidak perlu masyarakat Lubuk Ulang Aling diberi jalan beraspal, ataukah karena anggota DPRD Kabupaten Solok Selatan dari Dapil Lubuk Ulang Aling tidak punya gigi di Dewan untuk memperjuangkan rakyat yang diwakilinya? Entahlah.
Membahasi kenapa sampai bisa terjadi begitu? Insya Allah penulis akan bahas dalam tulisan edisi berikutnya. (Bersambung)
Penulis adalah Wartawan Senior*)



