PADANG PARIAMAN, FOKUSSUMBAR.COM – Di sebuah sudut kampung Kapalo Hilalang, Kecamatan 2×11 Kayutanam, aroma gurih jengkol goreng menyeruak dari dapur sederhana milik Jumaris Siska. Dari tempat inilah lahir Kerupuk Jengkol Sabana Lamak — cemilan khas Minang yang kini merambah pasar nasional, bahkan sampai ke luar negeri.
Perjalanan usaha ini bermula pada tahun 2013, saat Siska dan keluarga pindah dari Tanjung Pinang ke kampung halaman. Ia melanjutkan usaha turun-temurun orang tuanya yang sejak dulu memproduksi kerupuk jengkol secara tradisional. Namun Siska tidak sekadar meniru. Ia berinovasi dengan teknik baru — jengkol segar tanpa perendaman.

“Kalau dulu jengkol direndam semalaman, sekarang saya langsung olah jengkol segar, maksimal lima hari setelah dipanen. Hasilnya lebih manis, warnanya putih, dan tidak bau pesing,” tutur Siska sambil tersenyum.
Meski peralatan masih sederhana, proses pembuatan tetap menjaga cita rasa khas. Jengkol digeprek dengan batu giling atau balok kayu, dijemur hingga kering, lalu digoreng hingga mengembang renyah.
Produk dijual dalam dua varian: mentah dan matang, dengan kemasan mulai dari Rp2.000 hingga Rp10.000 per bungkus. Untuk kebutuhan bazar, Siska menyiapkan kemasan standing kraft yang lebih menarik.

Pemasaran dilakukan secara offline dan online. Meski akun Tokopedia, Shopee, dan TikTok Shop sudah tersedia, Siska mengaku penjualan terbanyak masih dari pembeli langsung. “Mungkin saya kurang aktif promosi di platform online,” ujarnya.
Meski demikian, pelanggan Kerupuk Jengkol Sabana Lamak telah tersebar luas. Pesanan datang dari berbagai penjuru tanah air — dari Aceh, Batam, Palembang, hingga Papua. Bahkan perantau Minang pernah membawa produknya ke Malaysia, Singapura, Jepang, dan Dubai.
Tahun 2022 lalu, Siska sempat mengajukan kredit KUR sebesar Rp50 juta dari BRI untuk menyewa ruko oleh-oleh. Namun pandemi membuat rencana itu tertunda.
“Saya ingin punya ruko sendiri, supaya orang bisa datang lihat prosesnya, bahkan bisa pesan kerupuk yang langsung digoreng di tempat. Jadi lebih fresh,” katanya penuh harap.
Kini, usaha Siska telah memiliki izin lengkap mulai dari NIB, PIRT, hingga sertifikat halal. Ia berharap dukungan pemerintah dapat membantu UMKM seperti dirinya berkembang — baik melalui bantuan modal, pelatihan manajemen, maupun akses promosi dan temu bisnis.
Dari semangat seorang ibu rumah tangga di Kayutanam, kerupuk jengkol bukan sekadar cemilan. Ia menjadi bukti bahwa dengan ketekunan dan inovasi, produk tradisional pun bisa menembus batas geografis — dari Kapalo Hilalang hingga ke mancanegara. (em)



