Oleh : Novermal, S.H., M.H*
SAMA dengan daerah kunjungan wisata lainnya di provinsi Sumatera Barat, kabupaten Pesisir Selatan juga belum punya rest area yang representatif. Di samping minimnya anggaran pembangunan, hal ini juga terjadi karena belum adanya niat dan keseriusan Bupati dalam menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan daerahnya.
Sebagai wakil rakyat, saya berulang kali menawarkan gagasan kecil guna melayani wasatawan yang berkunjung ke Pesisir Selatan. Yaitu, memfungsikan masjid sekaligus sebagai rest area. Seluruh masjid yang ada di sepanjang jalan nasional Padang – Muko-muko, Bengkulu dan Kerinci, Jambi, dan yang ada di kawasan-kawasan wisata utama, mininum satu per kecamatan difungsikan sekaligus sebagai rest area.
Di samping sebagai tempat shalat dan kegiatan keagamaan lainnya, masjid-masjid tersebut juga difungsikan sebagai tempat istirahat wisatawan dan masyarakat yang melintasi Pesisir Selatan.
Masjid yang difungsikan sekaligus sebagai rest area dipilih yang punya areal parkir luas dan lokasinya strategis. Kemudian, Pemda melalui OPD terkait membantu pembangunan pondok-pondok tempat istirahat, dan menyediakan anggaran biaya kebersihan, yaitu anggaran untuk gaji cleaning servis yang sesuai UMP. Dengan minimal satu orang cleaning servis yang digaji sesuai UMP, diyakini masjid dan toiletnya akan selalu bersih dan rapi.
Di masjid yang bersih dan punya pondok-pondok tempat istirahat tersebut juga dilengkapi dengan kedai-kedai kebutuhan perjalanan dan kuliner lokal dengan memberdayakan masyarakat setempat.
Dalam hal ini bisa dikelola pengurus masjid dengan membentuk koperasi syariah. Kedai-kedai tersebut menyediakan kebutuhan perjalanan wisatawan dan unggulannya adalah kuliner lokal. Dengan demikian, masjid juga berfungsi sebagai pusat pemberdayaan ekonomi umat.
Dengan adanya masjid yang difungsikan sekaligus sebagai rest area, tentu wisatawan dan orang melintasi Pesisir Selatan tidak perlu pusing lagi mau shalat dan istirahat dimana. Karena, di setiap kecamatan dengan rentang jarak lebih kurag 15-20 kilometer sudah ada masjid yang bersih dan rapi, dan juga ada tempat parkir dan pondok-pondok tempat istirahat sebagaimana layaknya rest area. Dan, mereka merasa lebih nyaman bisa ngupi dan beli kebutuhan perjalanan lainnya di kedai-kedai yang siap melayani dengan ramah.
Untuk memfungsikan masjid sekaligus sebagai rest area itu juga tidak mahal. Dengan 15 kecamatan ditambah lebih kurang 5 kawasan wisata utama, artinya hanya menyediakan anggaran kebersihan untuk gaji 20 orang cleaning servis.
Dengan UMP tahun 2025, dibutuhkan anggaran 20 orang cleaning servis kali Rp2,9 juta per bulan di tambah THR Rp2,9 juta per orang, hanya butuh anggaran Rp754 juta per tahun, atau lebih kurang Rp800 juta per tahun dengan iuran BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaannya. Untuk pembangunan pondok-pondok istirahat, paling butuh anggaran Rp50 jutaan per masjid.
Kalaupun anggaran APBD masih dianggap minim, pembiayaan kebersihan masjid dan pembangunan pondok-pondok istirahat di masjid-masjid rest area tersebut, bisa menggunakankan dana CSR perusahaan yang beroperasi di Pesisir Selatan, karena Pesisir Selatan sudah ada Perda TJSL atau lebih dikenal dengan Perda CSR. Tinggal lagi niat dan keseriusan Bupati dalam menjadikan pariwisata sebagai salah satu unggulan daerahnya.
Di samping masjid-masjid tadi sebagai rest area, Pemda juga harus mewajibkan seluruh pengusaha SPBU meningkatkan kebersihan dan kerapian toilet dan mushallahnya. Dan, mulai dari kantor Bupati sampai kantor Walingari juga harus menyediakan toilet dan mushallah yang bersih dan rapi. Restoran dan rumah makan juga diwajibkan menyediakan toilet dan mushalla yang bersih dan rapi, termasuh pusat layanan publik lainnya.
Kalau ini bisa diwujudkan, persoalan klasik selama ini bisa diatasi dengan biaya murah. Tapi, harus ada kemauan dan ketegasan Bupati yang berkesinambungan. Tidak boleh “angat-angat cirit ayam”. Harus ada reward and punishment. Secara berkala harus ada evaluasi dan penilaian, dan di akhir tahun diumumkan masjid, SPBU, kantor-kantor, restoran, dan pusat layanan publik lainnya yang juara dalam menyediakan toilet dan mushalla yang bersih dan rapi.
Karena, bicara pariwisata tak lepas dari kebutuhan akan toilet dan muhallah yang bersih dan rapi. Bupati jangan lagi bicara pariwisata kalau tidak bisa menghadirkan toilet dan mushallah yang bersih dan rapi bagi wisatawan yang berkunjung ke daerahnya. Bisa? Pasti bisa, kalau Bupatinya punya niat dan keseriusan dalam menjadikan pariwisata sebagai salah satu unggulan daerahnya. Insya Allah, bisa.
*) Anggota DPRD Kabupaten Pesisir Selatan dari Fraksi PAN