Tenggelamnya Mahasiswa dalam AI

Oleh : Revi Ardila*

“KAMU ngerjain tugas pakai ChatGPT juga, kan?” Pertanyaan ini sudah menjadi hal lumrah di kalangan mahasiswa zaman sekarang. Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan seakan menjadi ‘senjata andalan’ dalam menghadapi tugas kuliah, presentasi, hingga urusan skripsi. Namun, di balik segala kemudahan ini, perlu direnungkan apakah kecerdasan benar-benar ditingkatkan oleh AI, ataukah justru kemampuan berpikir menjadi melemah akibat ketergantungan terhadap teknologi tersebut?

Artificial Intelligence adalah sistem yang dirancang untuk meniru cara bekerja dan pola pikir manusia. Di zaman serba teknologi ini, AI menjadi semakin dikenal dan banyak digunakan. Salah satu AI yang sedang ramai diperbincangkan adalah ChatGPT.

Namun, ada juga banyak AI canggih lainnya seperti Perplexity, Elicit, dan Gemini yang menawarkan berbagai macam fungsi. Mereka bisa bantu kamu cari referensi, bikin rangkuman, belajar bahasa asing, bahkan sekadar jadi teman ngobrol saat kamu merasa kesepian.

Menurut data laporan dari World Economic Forum, sekitar 85 juta pekerjaan dapat digantikan oleh AI. Namun, juga menciptakan 97 juta pekerjaan baru terutama di bidang teknologi data, pengembangan perangkat lunak berbasis AI, dan analisis data.Ini menunjukkan bahwa AI memang menggeser jenis pekerjaan tertentu, tapi sekaligus membuka peluang baru yang menuntut keterampilan yang lebih tinggi.

Dampak AI Bagi Mahasiswa

Di era digital yang penuh tantangan ini, AI hadir bagaikan oase di tengah padang pasir. Salah satu manfaat yang paling dirasakan mahasiswa adalah mudahnya akses informasi. AI memudahkan kita untuk mencari referensi dalam waktu singkat. Mahasiswa nggak perlu lagi bolak-balik perpustakaan atau baca jurnal puluhan halaman—cukup ketik pertanyaan, berbagai macam artikel, jurnal, atau buku yang relevan dengan topik yang kita pelajari bisa langsung kita temukan dalam hitungan detik.

AI juga memainkan peran penting dalam pembelajaran bahasa. Seringkali  banyak orang terkendala dalam praktek komunikasi berbahasa asing. Namun, AI bisa menghadirkan solusi atas permasalahan ini. Contohnya sebagai partner speaking dalam bahasa Inggris. Dengan kemampuan berbicara yang semakin terbuka, AI juga membantu mempercepat proses belajar, berlatih dengan soal lalu mengoreksi kesalahan, dan memberi feedback langsung.

Banyak mahasiswa juga mulai menjadikan AI sebagai teman curhat. Sebagai platform yang bisa merespons layaknya manusia, AI memberikan ruang bebas bagi banyak orang. Berbicara tanpa takut dihakimi. Ini adalah hal yang sangat positif di tengah beban kehidupan dan lingkungan yang kadang bisa membuat kita merasa tertekan atau kesepian.

Fakta bahwa AI bisa melakukan banyak hal tentu mengagumkan. Tapi mari jujur, banyak dari kita terlalu nyaman mengandalkannya. Tugas kuliah? Tinggal tanyakan ke AI. Butuh opini? Salin dari AI. Bahkan diskusi kelas ataupun pertanyaan-pertanyaan kepada presenter makalah di kelas pun kadang hanya sebatas formalitas saja. Karena semua sudah punya ‘jawaban instan’ dari si pintar satu ini. 

Di dunia pendidikan, ini adalah masalah besar. Jika ini terus dibiarkan, bagaimana nasib kemampuan berpikir kritis kita?

Tanpa kita sadari, kita menjadi malas menganalisis, enggan berpikir mendalam, dan kehilangan kepercayaan diri pada ide-ide sendiri. Ini tentu akan menghambat kemampuan berpikir logis dan kreatif. AI memang sangat canggih, tapi ia tidak bisa menggantikan kreativitas dan pemikiran manusia yang kaya akan nuansa. Ini bukan sekedar masalah akademis. Namun juga berkaitan dengan masa depan intelektual generasi kita.

AI Bukan Musuh, Tapi Kita Harus Bijak

Bukan berarti AI itu buruk. Sama seperti pisau dapur, ia bisa digunakan untuk memasak atau melukai. Semuanya tergantung pada penggunanya. Maka dari itu, sebagai mahasiswa, pengendalian terhadap teknologi perlu dimulai, agar tidak justru menjadi pihak yang dikendalikan olehnya.

Berikut beberapa langkah sederhana tapi penting agar AI benar-benar meningkatkan kecerdasan, bukan justru menumpulkan daya piker. Pertama, gunakan AI sebagai referensi, bukan sumber kebenaran mutlak. adikan AI sebagai mitra diskusi, bukan mesin yang memberikan jawaban final. Ambil informasi yang relevan. Lalu kembangkan dengan pemahaman dan gaya berpikirmu sendiri. Jika kamu hanya copy-paste jawaban saja, kapan lagi kamu bisa berlatih untuk mengeluarkan ide-ide di kepalamu?

Kedua, latih diri untuk tidak bergantung. Sebelum mengetik pertanyaan ke AI, coba pikirkan sendiri dulu. Buka catatan, diskusi dengan teman, atau coba tulis sebisanya. Jika mengalami kesulitan, baru setelah itu gunakan AI untuk memverifikasi atau menambah wawasan. Ini akan membangun kepercayaan diri sekaligus mengasah otak.

Ketiga, fokus pada manfaat edukasi. AI bisa jadi mentor pribadi yang luar biasa. Dengan beragam fungsi yang ditawarkan dalam berbagai bidang, manfaatkanlah untuk pengembangan dirimu. Gunakan AI untuk belajar hal baru. Seperti mengoreksi jawaban latihan, atau memperdalam pemahaman tentang suatu topik. AI dapat menjadi teman belajar yang handal, asalkan digunakan dengan bijak. Misalnya, kamu ingin belajar bahasa Inggris, manfaatkan AI untuk partner speaking, buat soal, atau koreksi grammar. Gunakan teknologi ini untuk memperkaya pengetahuan, bukan sekadar ‘menyelesaikan tugas.’

AI akan terus berkembang, dan kita tidak bisa menghindarinya. Tapi satu hal yang tetap harus kita jaga adalah ‘kemampuan berpikir kritis’. Jangan jadi generasi yang bergantung mesin. Kecerdasan sejati tidak diukur dari seberapa cepat kamu dapat jawaban, tapi seberapa dalam kamu memahami dan menganalisis informasi tersebut.

Jadi, mulai sekarang, mari gunakan AI dengan bijak. Bukan sebagai tongkat yang membuat kita malas melangkah, tapi sebagai sarana yang mempercepat kita lari menuju masa depan.

Teknologi memang cerdas, tapi kamu harus lebih cerdas. Jangan biarkan AI mencuri otakmu. Biarlah ia membantu, bukan menggantikan.[]

*) Mahasiswa Tadris Bahasa Inggris UIN Imam Bonjol Padang, Alumni Student Literacy Camp 2025, Email: reviardila30@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *