Oleh: Muhammad Afghan Arrazy*)
Sebagai mahasiswa, hidup bagi saya, sering agak monoton. Pagi kuliah, siang berorganisasi, sore kerja kelompok, malam begadang demi mengerjakan tugas. Rasanya energi tidak ada habisnya.
Untuk bertahan dari semua kegiatan itu, banyak dari kita menjadikan kopi sebagai penolong. Padahal, ada satu kebiasaan sederhana yang sering terabaikan, yaitu cukup minum air putih.
Air putih sering dianggap sepele. Di kantin kampus, kopi kekinian lebih menarik, minuman bersoda lebih menggoda, dan bubble tea lebih bergengsi. Membawa tumbler air putih jarang dianggap keren. Saya pun pernah seperti itu, lebih memilih antre kopi daripada mengisi ulang air di dispenser kampus. Hasilnya, setelah beberapa jam kepala terasa berat, konsentrasi hilang, dan emosi mudah tersulut.
Saya masih ingat pengalaman saat mengerjakan tugas. Karena begadang dan lupa minum air, pandangan saya mendadak kabur ketika akan presentasi. Saya lantas teringat belum meminum segelas air putih.
Setelah minum beberapa teguk, kondisi saya membaik. Sejak saat itu saya sadar, tubuh tidak selalu minta kafein. Sering kali tubuh hanya minta air putih.
Tubuh manusia terdiri dari sekitar 60 persen air. Artinya, lebih dari separuh fungsi tubuh bergantung pada cairan. Bahaya dehidrasi sering dianggap sepele, padahal kurang minum air bisa berdampak serius. Gejalanya bisa dimulai dari pusing, lemas, cepat lelah, sulit fokus, hingga suasana hati yang mudah berubah.
Jika berlangsung lama, ginjal dipaksa bekerja lebih keras, metabolisme terganggu, bahkan kulit menjadi kusam. National Health Service (NHS) di Inggris mencatat bahwa dehidrasi jangka panjang dapat memicu batu ginjal dan infeksi saluran kemih (NHS, 2022).
Menurut saya, hal ini sangat masuk akal. Bayangkan saja, kita sering mengabaikan segelas air gratis di dispenser kampus, tetapi ketika sakit, biaya berobat ke rumah sakit bisa menghabiskan ratusan ribu bahkan jutaan rupiah. Bukankah lebih baik mencegah dengan cara sederhana daripada mengeluarkan uang banyak untuk mengobati?
Ahli gizi dari Harvard, Dr. Walter Willett, juga menekankan bahwa menjaga asupan air penting untuk mempertahankan fungsi otak dan konsentrasi. Ia menyebut, “Dehidrasi ringan sekalipun dapat mengganggu fungsi kognitif dan membuat kita lebih mudah lelah” (Willett, 2020).
Sebagai mahasiswa, kita sering mengira rasa lelah berasal dari kurang tidur atau terlalu banyak tugas. Padahal, bisa jadi penyebab utamanya adalah kurang minum air. Saya sendiri pernah mengalaminya. Begitu minum air cukup, rasa pusing berkurang, konsentrasi kembali, dan ternyata tubuh hanya menagih cairan yang sederhana.
Dari pengalaman ini saya belajar, tubuh memang tidak selalu minta hal rumit seperti kopi atau minuman energi. Sering kali tubuh hanya butuh air putih. Masalahnya, mahasiswa sering merasa muda dan kuat. Kalimat “ah, tidak apa-apa” atau “besok saja” jadi alasan menunda.
Padahal, tubuh punya cara sendiri menagih utang cairan. Sakit kepala saat rapat panjang atau cepat marah karena hal sepele bisa jadi tanda dehidrasi ringan. Ironisnya, kita rela mengeluarkan uang untuk skincare agar wajah segar, membeli suplemen agar tubuh kuat, bahkan minuman berenergi yang mahal. Namun, untuk air putih, kita malas meminumnya. Seolah air putih terlalu sederhana untuk dipedulikan.
Padahal, justru dari hal sederhana itulah kesehatan kita bertumpu. Saya mencoba mengubah kebiasaan. Setiap pagi saya minum segelas air sebelum membuka ponsel. Saat ke kampus, tumbler selalu ada di tas. Saya juga memasang alarm kecil di ponsel setiap beberapa jam untuk mengingatkan.
Awalnya terasa repot, tetapi lama-lama menjadi otomatis. Otak saya berhenti menafsirkan haus sebagai rasa lapar atau kebutuhan kopi. Hasilnya, saya lebih jarang sakit kepala dan bisa fokus lebih lama.
Selain menjaga energi, air putih juga memengaruhi penampilan. Kulit terasa lebih lembap dan wajah tidak cepat kusam. Hal ini penting bagi mahasiswa yang sering tampil di depan kelas atau kamera daring. Dalam jangka panjang, air cukup membantu meringankan kerja ginjal dan menjaga metabolisme. Mengabaikannya hanya akan membuat tubuh menanggung beban lebih besar.
Target sederhana bisa membantu. Cobalah minum enam sampai delapan gelas air sehari atau sesuaikan dengan aktivitas. Untuk mahasiswa yang sering di lapangan, kebutuhan tentu lebih besar.
Cara mudahnya adalah membawa botol berukuran sedang, memberi tanda jam pada sisi botol, lalu menjadikannya tantangan pribadi. Kalau bosan dengan rasa tawar, tambahkan irisan jeruk atau mentimun. Letakkan botol di tempat yang selalu terlihat, misalnya di meja belajar atau di samping laptop. Ingatan visual ini membantu tubuh terbiasa.
Perlahan, minum air bukan lagi kewajiban, melainkan bagian dari rutinitas. Saya tidak menolak kopi. Kopi tetap bagian dari budaya mahasiswa, mulai dari rapat organisasi sampai tugas kelompok di kafe. Namun, air putih seharusnya mendapat posisi lebih penting.
Kopi bisa menjadi teman, tetapi air adalah kebutuhan dasar. Tanpa cukup air, kopi hanya menutupi rasa lelah sebentar lalu meninggalkan tubuh yang makin kekurangan cairan. Perubahan besar sering dimulai dari kebiasaan kecil. Membiasakan minum air putih cukup setiap hari mungkin terlihat sepele, tetapi dampaknya nyata.
Kita lebih produktif, pikiran lebih jernih, dan tubuh lebih sehat. Bayangkan jika setiap mahasiswa membawa tumbler dan membiasakan diri minum cukup air. Kampus tidak hanya ramai dengan gelas kopi, tetapi juga dengan botol air yang menandakan kesadaran sehat. Dari situ lahir lingkungan yang lebih produktif dan mahasiswa yang lebih siap menghadapi tantangan akademik.
Sebelum membuka laptop, mengerjakan laporan praktikum, atau nongkrong bersama teman, tanyakan pada diri sendiri, “Sudahkah saya minum air putih hari ini?” Jika belum, berhentilah sejenak. Ambil segelas air putih, teguk perlahan, lalu rasakan kesegarannya.
Mungkin terdengar sederhana, tetapi dari segelas air kita belajar bahwa menjaga tubuh bukanlah hal yang rumit. Kita hanya perlu mau meluangkan perhatian. Jadi, mulai hari ini, mari biasakan diri untuk tidak lagi menunda haus. Jadikan membawa tumbler ke kampus sebagai kebiasaan, bukan beban.
Air putih memang tidak bisa membuat kita terlihat keren di foto, tetapi ia bisa membuat kita tetap fokus, sehat, dan kuat menghadapi hari-hari yang penuh tantangan. Refleksinya sederhana: kalau kita bisa konsisten menjaga hal kecil seperti minum air, bukankah itu juga melatih kita untuk disiplin pada hal-hal besar dalam hidup? []
Mahasiswa Semester 5, Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Padang*)